Saturday, June 5, 2010

Kisah Abu Hurairah

Saya yakin, anda pasti kenal shahabat Rasulullah Saw. yang satu ini. Atau masih ada di antara anda yang belum kenal Abu Hurairah? Penghafal 1607 hadits Rasulullah Saw.

Pada masa Jahiliyah orang memanggilnya Abdu Syams (budak matahari). Setelah Allah memuliakannya dengan Islam, Rasulullah saw. bertanya, "Siapa nama anda?"
"Abdu Syams," jawab Abu Hurairah singkat.
"Bukannya Abdur Rahman?" tanya Rasulullah.
"Demi Allah, anda benar. Nama saya Abdur Rahman, ya Rasulullah!" jawab Abu Hurairah setuju.

Tapi, mengapa yang lebih populer nama Abu Hurairah, bukan Abdur Rahman? Padahal nama itu pemberian Nabi Saw. Nama Abu Hurairah adalah nama panggilannya waktu kecil. Waktu itu ia punya seekor kucing betina yang sering diajaknya bermain-main. Oleh karena itu teman-temannya menjulukinya Abu Hurairah.

Setelah Rasulullah Saw. tahu asal-muasal panggilan itu, beliau sering memanggilnya Abu Hirr sebagai panggilan akrab. Dan sebenarnya, Abu Hurairah sendiri lebih suka dipanggil Abu Hirr ketimbang Abu Hurairah. Konon, hirr itu artinya kucing jantan, sedangkan hurairah kucing betina. Menurut Abu Hurairah, kucing janan lebih baik dari kucing betina.

Abu Hurairah masuk Islam melalui Tufail bin Amr Ad-Dausy. Islam masuk ke negeri kaum Dausy kira-kira awal tahun ketujuh Hijriyah. Ketika itu Abu Hurairah menjadi utusan kaumnya menemui Rasulullah Saw. di Madinah. Setelah bertemu Rasulullah, Abu Hurairah memutuskan untuk berkhidmat kepada Rasulullah Saw. dan menemani beliau.

Sejak itu Abu Hurairah tinggal di masjid tempat Rasulullah Saw. mengajar dan mengimami shalat. Selama Rasulullah Saw. hidup, Abu Hurairah belum mau beristri. Mungkin ia khawatir bila beristri, konsentrasinya dalam membantu Rasulullah terganggu.

Abu Hurairah punya seorang ibu yang masih syirik. Tak henti-hentinya ia mengajak ibuya masuk Islam, karena ia amat mencintainya. Tapi, setiap Abu Hurairah mengajak masuk Islam, ibunya selalu menolak, bahkan tak jarang mengeluarkan umpatan yang menghina Rasulullah.

Sambil menangis, Abu Hurairah menemui Rasulullah Saw.
"Mengapa engkau menangis, wahai Abu Hurairah," tanya Nabi Saw. "Aku tak bosan-bosannya mengajak ibuku masuk Islam. Hari ini kembali kuajak ibuku masuk Islam. Tapi, ia malah mengeluarkan kata-kata yang tak pantas mengenai engkau. Aku sendiri tak sudi mendengarnya. Tolong doakan agar ibuku mau masuk Islam, ya Rasulullah," pinta Abu Hurairah. Rasulullah Saw. pun memenuhi permintaan Abu Hurairah dan mendoakan agar ibu Abu Hurairah itu masuk Islam.

Suatu ketika Abu Hurairah pulang ke rumah ibunya. Ia bermaksud mengajak ibu yang dicintainya itu masuk agama Allah. Waktu itu pintu rumah tertutup. Tatkala ia hendak masuk, ibuya berkata, "Tunggu di tempatmu, hai Abu Hurairah!"

Mungkin ibunya tengah berpakaian. Sejenak kemudian ibunya menyuruhnya masuk. Ketika telah berhadapan dengan ibunya, ibunya berkata, "Asyahadu an laa ilaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadar 'abduhu wa rasuuluh."

Abu Hurairah kembali menemui Rasulullah sambil menangis gembira, sebagaimana sebelumnya ia menangis lantaran sedih. "Bergembiralah wahai Rasulullah! Allah mengabulkan doa anda. Ibuku telah masuk Islam," tutur Abu Hurairah dengan wajah cerah.

Setelah ibunya masuk Islam, hati Abu Hurairah menjadi tenang, seolah-olah terbebas dari himpitan batu besar yang menyesakkan dada. Ia pun bisa berkonsentrasi menimba ilmu dari Rasulullah. Kecintaannya kepada ilmu sama besarnya dengan kecintaannya kepada Rasulullah.

Zaid bin Tsabit pernah bercerita, suatu ketika ia, Abu Hurairah, dan seorang shahabat lainnya berdoa dan berdzikir di dalam masjid. Tiba-tiba Rasulullah Saw. mendatangi mereka. Mereka pun berhenti berdoa dan berdzikir. Rasulullah berkata, "Ulangi doa dan dzikir ang kalian baca!"
Zaid bin Tsabit dan shahabat yang seorang lagi -- bukan Abu Hurairah -- berdoa. Rasulullah mengamini doa mereka berdua.

Lalu Abu Hurairah berdoa, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu sebagaimana yang dimohon kedua shahabatku ini. Dan aku memohon kepada-Mu ilmu ang tak dapat aku lupakan." Rasulullah Saw. mengamini doa Abu Hurairah. Zaid dan seorang shahabat yang lain berkata, "Kami juga memohon kepada Allah ilmu yang yang tak dapat kami lupakan." Rasullah berkata, "Kalian telah didahului putra Bani Dausy (Abu Hurairah)."

Allah Swt. mengabulkan permintaan Abu Hurairah. Dia berhasil mengingat dan menghafal 1607 hadits Rasulullah Saw. bagi kaum Muslimin, sehingga dengan hadits-hadits itu berjuta-juta kaum Muslimin hingga akhir kiamat memperoleh petunjuk. Betapa besar pahala Abu Hurairah. Ya Allah, jadikan kami seperti Abu Hurairah.

http://hilabiyus.multiply.com/journal/item/30

Kisah Hidup Abu Bakar Ash Shiddiq

Hanya dalam 2,5 tahun kepemimpinannya, rakyat mencatatnya sebagai khalifah (pemimpin) Islam yang sukses memberantas kemiskinan, menciptakan stabilitas sosial dan politik, serta solidaritas kemanusiaan yang tanpa batas. Sekalipun dia pedagang kaya, tapi kesederhanaan dan kelembutan kepribadiannya selalu mendasari setiap kebijakan dan kepemimpinannya sebagai pengganti Rasulullah SAW.Padahal, boleh dikata berbagai ancaman, disintegrasi dan cercaan yang dialamatkan kepadanya, tak kalah hebatnya dibanding pada masa Rasulullah. Namun, itu semua dihadapi dengan hati bening, jiwa lapang, dan pikiran jernih. Ia senantiasa mengembalikan semua persoalan yang dihadapinya kepada ajaran yang hanif.

Abu Bakar bernama lengkap Abdullah bin Abi Kuhafah At-Tamimi. Nama kecilnya adalah Abdul Ka’bah. Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah karena cepatnya dia masuk Islam (assaabiquunal awwaluun, yakni golongan pertama yang masuk Islam). Sedang Ash Shiddiq yang berarti ‘amat membenarkan’ adalah gelar yang diberikan kepadanya lantaran ia segera membenarkan Rasulullah SAW dalam berbagai peristiwa.

Dari garis kedua orang tua, Usman bin Amir bin Amr bin Sa’ad bin Taim bin Murra bin Ka’ab bin Lu’ayy bin Talib bin Fihr bin Nadr bin Malik (ayah), dan Ummu Khair Salama binti Skhar (suku Quraisy) terlihat, Abu Bakar termasuk dari suku terhormat, yakni suku Taim (ayah) dan Quraisy (ibu). Kedua suku ini banyak melahirkan orang besar.

Sejak kecil, Abu Bakar dikenal sebagai anak yang cerdas, sabar, jujur dan lembut. Ia menjadi sahabat Nabi SAW sejak keduanya masih usia remaja. Karena sifatnya yang mulia itu, ia banyak disenangi dan disegani oleh masyarakat sekitar, juga lawan maupun kawan saat memperjuangkan Islam.

Abu Bakar yang juga mahir dalam ilmu hisab itu, dikenal mempunyai kedudukan istimewa di sisi Nabi SAW. Bahkan salah satu putrinya, yakni ‘Aisyah Ra, kemudian dinikahi Rasulullah.

Secara universal, sesungguhnya prototipe Abu Bakar mungkin dapat digolongkan sebagai pejuang Islam yang sejak awal konsisten membela kaum tertindas, tak pandang bulu. Seperti dikutip Jamil Ahmed dalam Seratus Muslim Terkemuka, Abu Bakar tak pernah absen dalam setiap pertempuran menegakkan kebenaran dan menumpas penindasan.

Perjuangannya itu semakin berat sejak dirinya dipilih sebagai khalifah, menggantikan Rasulullah yang wafat pada 632 M. Ketika itu, wilayah kekuasaan Islam hampir meliputi seluruh semenanjung Arabia, dan terdiri berbagai suku.

Terpilihnya Abu Bakar yang juga disepakati kalangan sahabat itu dinilai tepat saat negara dalam kondisi tak menentu. Dalam pidato baiat yang dilakukan di Masjid Nabawi, Madinah, Abu Bakar antara lain menyatakan, “Orang yang lemah di antara kalian akan menjadi kuat dalam pandangan saya hingga saya menjamin hak-haknya seandainya Allah menghendaki, dan orang yang kuat di antara kalian adalah lemah dalam pandangan saya sehingga saya dapat merebut hak daripadanya.

Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, janganlah ikuti saya.”

Sebagai pemimpin, kedermawanan dan solidaritas kemanusiaannya terhadap sesama tak diragukan lagi. Ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, kekayaannya mencapai 40.000 dirham, nilai yang sangat besar saat itu. Kekayaan itu seluruhnya didedikasikan bagi perjuangan Islam. Soal ini, sejarawan Kristen Mesir, Jurji Zeidan, punya komentar menarik. Katanya, “Zaman khalifah-khalifah yang alim adalah merupakan keemasan Islam.

Khalifah-khalifah itu terkenal karena kesederhanaan, kejujuran, kealiman, dan keadilannya. Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki 40.000 dirham, jumlah yang sangat besar waktu itu, akan tetapi ia habiskan semua, termasuk uang yang diperolehnya dari perdagangan demi memajukan agama Islam.

Ketika wafat, tidaklah ia mempunyai apa-apa kecuali uang satu dinar. Ia biasa jalan kaki ke rumahnya maupun kantornya. Jarang terlihat dia menunggang kuda…”

Keikhlasannya yang luar biasa demi kemakmuran rakyat dan agamanya itu, kata Jurji, sampai-sampai menjelang wafatnya, Abu Bakar memerintahkan keluarganya untuk menjual sebidang tanah miliknya dan hasilnya dikembalikan ke masyarakat sebesar jumlah uang yang telah ia ambil dari rakyatnya itu sebagai honorarium, dan selebihnya agar diberikan kepada Baitulmal wat Tamwil, lembaga keuangan negara.

Stabilitas dan keamanan masyarakat, di antaranya yang paling menonjol dalam ‘rapor’ pemerintahan Abu Bakar. Karena dinilai sebagai amanat negara, Abu Bakar mengangkat Umar bin Khaththab sebagai kadi (hakim).

Namun, selama setahun sejak diangkat sebagai kadi tak satupun pengaduan dari masyarakat muncul. Ini karena rakyat terbiasa hidup jujur dan bersih dibanding masa sebelum Islam. Sementara Ali, Usman, dan Zaid bin Tsabit diangkat sebagai khatib.

Di medan pertempuran, sang khalifah juga mengajarkan bagaimana berperang yang baik. Sepuluh pesan yang kerap disampaikan khalifah yang wafat pada 13 H, dalam usia 63 tahun itu, ketika hendak melepas pasukannya ke medan perang adalah: “Jangan berkhianat, jangan berlebih-lebihan, jangan menipu (berbuat makar), jangan membunuh lawan dengan cara-cara sadis, jangan membunuh anak-anak, lelaki lanjut usia, dan wanita.

Juga jangan menebang pohon-pohon kurma yang sedang berbuah, jangan melakukan pembakaran, jangan menyembelih domba, sapi, dan unta kecuali hanya untuk sekadar kebutuhan makan dagingnya. Nanti kalian akan berjumpa dengan orang-orang yang bertapa dalam biara, maka biarkanlah mereka dan jangan mengusiknya.”n hery s/berbagai sumber

Dijamin Masuk Surga

Menjadi Muslim yang baik dan selalu taat pada agamanya tidaklah mudah. Tapi jalan menuju hal itu selalu terbuka. Sejarah mencatat, Abu Bakar satu dari sekian banyak sahabat Rasulullah yang dengan tegar dan tabah menghadapi berbagai cobaan dan tantangan dalam mengamalkan ajaran Islam.

Tapi jangan pula ditanya seberapa besar kesetiaan Abu Bakar kepada Rasulullah, atau sejauh mana kualitas keimanannya kepada Allah.
Soal ini, Nabi sendiri dalam banyak sabdanya secara khusus berujar tentang diri dan kebaikan Abu Bakar. Kata Nabi SAW, seperti diriwayatkan Imam Bukhari, “Sesungguhnya Allah mengutusku kepadamu dan kamu berkata, “Engkau dusta! Sedangkan Abu Bakar berkata, “Dia benar.” Abu Bakar menyantuni aku dengan dirinya dan hartanya.

Tidakkah kalian berhenti mengganggunya. Sesudah itu, Abu Bakar tak lagi diganggu.” Masuknya Abu Bakar ke dalam Islam pun tak kalah pentingnya sebagai ‘ibrah (hikmah) kita semua. Kisah itu berawal ketika Abu Bakar bertemu Rasulullah. Kepada Rasul terakhir ini, ia bertanya, “Ya Muhammad apakah benar apa yang dituduhkan kaum Quraisy (kaumnya Abu Bakar sendiri, Red) terhadapmu bahwa kamu meninggalkan tuhan-tuhan kita, merendahkan akal pikiran kita dan mengkufuri ajaran-ajaran nenek moyang kita?” “Ya benar! Sesungguhnya aku ini Rasul Allah dan Nabi-Nya.

Allah mengutus aku untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengajakmu kepada Allah yang benar. Demi Allah, itu adalah hak. Aku mengajakmu, hai Abu Bakar kepada Allah Yang Esa, tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Janganlah kamu menyembah selain Allah dan patuh serta taatlah kepada-Nya,” jawab sang Nabi. Abu Bakar pun masuk Islam.

Sejak masuknya Ash Shiddiq ke agama terakhir ini, perjungan dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah makin kuat. Ia yang termasuk periode awal para pemeluk Islam itu, menjadikan seluruh jiwa, raga dan harta Abu Bakar, hanya untuk perjuangan dakwah Rasulullah.

Perlindungan dan pengorbanannya setiap saat terhadap sang Rasul pun dilakukannya sampai-sampai ia tak memedulikan lagi dirinya sendiri. Soal ini, Rasulullah, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Majah dan Imam Tirmizi, bersabda, “Tiada seorang pun bermanfaat bagiku hartanya sebagaimana bermanfaat bagiku harta Abu Bakar.”

Sosok Abu Bakar yang memang memiliki sifat-sifat yang sama seperti Rasulullah, di antaranya amanah, tablig (menyampaikan), fathanah (cerdas), teguh pendirian dan taat beragama, rendah diri dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain, itulah yang membuat Rasulullah dalam banyak hal memberikan kepercayaan pada diri Abu Bakar.

Dengan kepemilikan hartanya yang cukup banyak, lantaran ia memang saudagar kaya di masanya, Abu Bakar menjadikan seluruh harta yang dimilikinya hanya untuk mengabdi di jalan-Nya. Sekalipun dalam kondisi sakit misalnya, Abu Bakar senantiasa menyambut ajakan amal baik. Seperti dijelaskan sahabat Umar bin Khaththab, “Aku tidak pernah mendahului Abu Bakar dalam mengamalkan kebajikan. Dia yang selalu mendahuluiku.”

Perjuangan dan pengorbanan Abu Bakar yang penuh keikhlasan itu oleh Allah akan dibalas dengan surga. Sebagaimana diceritakan Abu Dzaar Ra, ketika Rasulullah masuk ke rumah ‘Aisyah Ra, beliau mengatakan Abu Bakar termasuk dalam al ‘asyarah al mubasysyiriina bil jannah (sepuluh orang yang dijamin Rasulullah bakal masuk surga). Dalam kelompok ini juga ada Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair Ibnul Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Said bin Zaid, dan Abu Ubaidah Ibnul Jarrah. [Republika, 27 Desember 2002]

Bagaimana Perjuangan dan Pengorbanan kita sebagai seorang Muslim? Sudahkah Pengorbanan kita mendekati pengorbanan yang dilakukan oleh sahabat nabi ataukah masih juauh sekali?

Mari kita renungkan apa yang telah mereka perjuangkan dan korbankan demi tegaknya Agama Islam, serhingga kita sebagai seorang muslim bisa mengikuti jalan yang ditempuh oleh para pengikut Nabi yang telah berjuang dan berkorban harta benda bahkan dengan nyawanya untuk kemajuan Agama Islam.

Semoga kita selalu diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk selalu menegakkan Agama Islam dengan kemampuan dan keahlian serta ilmu yang kita miliki.

Mari selalu belajar, belajar dan belajar untuk meningkatkan pengetahuan kita.

Wassalam

disalin dari :
http://rhazio.wordpress.com/2007/09/18/kisah-abu-bakar-ash-shidiq/

Khutbah Terakhir Rasulullah SAW

"Wahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak kukatakan,
Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua
selepas tahun ini. Oleh itu, dengarlah dengan teliti kata-kataku ini
dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir disini
pada hari ini.

"Wahai manusia, sepertimana kamu menganggap bulan ini dan kota
ini sebagai suci, anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai
amanah suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada
pemiliknya yang berhak. Janganlah kamu sakiti sesiapapun agar orang
lain tidak menyakiti kamu lagi. Ingatlah bahawa sesungguhya kamu akan
menemui Tuhan kamu dan Dia pasti membuat perhitungan di atas segala
amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba, oleh itu, segala urusan
yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang.

"Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agama kamu. Dia
telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar,
maka berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikutinya dalam
perkara-perkara kecil.

"Wahai manusia sebagaimana kamu mempunyai hak atas isteri kamu,
mereka juga mempunyai hak ke atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan
hak mereka ke atas kamu, maka mereka juga berhak diberikan makan dan
pakaian, dalam suasana kasih sayang. Layanilah wanita-wanita kamu
dengan baik dan berlemah-lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya
mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu atas
mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu
tidak sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina.

"Wahai manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kataku ini, sembahlah Allah, dirikanlah solat
lima waktu, berpuasalah di bulan Ramadhan, dan tunaikanlah zakat
dari harta kekayaan kamu. Kerjakanlah ibadah haji sekiranya kamu mampu.
Ketahuilah bahawa setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain.
Kamu semua adalah sama; tidak seorang pun yang lebih mulia dari yang
lainnya kecuali dalam Taqwa dan beramal saleh.

"Ingatlah, bahawa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari
untuk dipertanggungjawabkan diatas segala apa yang telah kamu kerjakan.
Oleh itu, awasilah agar jangan sekali-kali kamu terkeluar dari landasan
kebenaran selepas ketiadaanku.

"Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang
selepasku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh itu wahai manusia,
nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah aku
sampaikan kepada kamu. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua
perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti
kedua-duanya, nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Qur’an dan Sunnahku.

"Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku, menyampaikan
pula kepada orang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku
dari mereka yang terus mendengar dariku. Saksikanlah Ya Allah,
bahawasanya telah aku sampaikan risalah-Mu kepada hamba-hamba-Mu."

http://karimun2000.blog.friendster.com/2008/03/khutbah-terakhir-rasulullah-saw/

Tentang Puasa dan Membaca Alquran

Ada sedikit kisah dari ceramah waktu tarawih di masjid Benhil kemarin. Ceritanya pas habis buka puasa bareng temen-temen (pas hari gempa itu), aku tarawih di masjid Benhil. Masjidnya udah lama (bangunan tua), tapi masih terawat, dan subhanallah, imam sholat nya bacaannya fasih sekali, sepertinya beliau adalah seorang hafidz.

Setelah selesai tarawih 8 rakaat sebelum witir, naiklah khotib untuk memberikan tausiyah. Kisah yang diangkat adalah sebagai berikut :

Pernah pada suatu hari di bulan Ramadhan, Rasulullah Muhammad SAW berjalan di suatu sore. Lalu beliau menyaksikan pemandangan seorang perempuan ibu rumah tangga yang marah-marah kepada pembantunya. Marahnya cukup besar dan sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Lalu Rasulullah berkata kepada salah seorang tetangga wanita tersebut, untuk meminta makanan. Diberikanlah makanan tersebut ke Rasul. Lalu Rasulullah membawanya ke wanita tersebut dan berkata, "Wahai ibu, ini saya membawa makanan, silakan dimakan". Ibu ini terkejut dan berkata, "Ya Rasul, terima kasih tapi aku sedang berpuasa" . Rasul menjawab, "Bagaimana bisa Anda berpuasa, sedangkan Ibu baru saja berkata-kata demikian kepada pembantu ibu?" Kisah yang menarik ya? Moral atau amanat dari kisah ini adalah..puasa ternyata memang tidak bisa hanya menahan lapar dan haus. Ujian sebenarnya adalah menahan emosi, menahan pandangan, menahan amarah, mencegah diri untuk tidak bergunjing, jadi titik beratnya lebih ke puasa secara hati. Apakah sampai hari ini kita sudah berpuasa dengan benar? Di sisa Ramadhan, ini marilah kita berusaha lagi memperbaiki puasa kita, agar tujuan puasa untuk menjadi orang bertakwa benar-benar tercapai. Amin.

Kisah kedua, waktu saya tarawih di masjid sederhana dekat kos. Di masjid ini, khotibnya adalah seorang guru SD Cilandak daerah tempat tinggal saya. Sang kepala sekolah berkisah, beberapa hari sebelumnya (juga saat hari terjadi gempa), ada seorang kepala sekolah dari Aceh yang melakukan studi banding ke SD-nya. Di SD ini, warga Aceh ini bercerita bahwa pada tahun 2007, telah ditemukan jenazah korban peristiwa tsunami di Aceh. Sedangkan tsunami itu terjadi pada tahun 2004. Jenazah ini terpendam lumpur yang menjadi tanah, dan baru ditemukan 3 tahun kemudian. Yang menjadi luar biasa adalah, baik pakaian, jasad, kulit, maupun seluruh tubuh jenasah ini utuh tidak rusak sedikitpun. Setelah dibuka kartu identitasnya, yaitu KTP yang masih utuh, dan ditelusuri, ternyata jenazah pria ini dulunya adalah seorang mahasiswa IAIN di Aceh, yang adalah seorang hafidz (penghafal Al Quran). Almarhum hafal Al Quran 30 juz. Subhanallah, amalan hafalan Al Quran telah menjaga dirinya dari siksa kubur.. Pelajaran yang disampaikan khotib adalah, marilah kita mencintai Al Quran. Sudahkah kita membuka dan membaca Al Quran walau hanya satu halaman atau beberapa ayat setiap hari? Apabila kita membaca dan mengamalkannya, Insya Allah hidup kita akan selalu tenang dan ada dalam jalan lurus sesuai agama. Sudah selayaknya kita lebih mencintai Al Quran, pedoman utama hidup kita yang turun langsung dari Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Kira-kira demikian sharing dari kisah kisah yang saya dengar dari tausiyah tarawih. Semoga bermanfaat. Yang benar dari Allah SWT, sedangkan yang salah hanya saya manusia yang penuh kelalaian. Wallahu'alam bish shawab.

Cinta Kepada Allah

CINTA KEPADA ALLAH

(MAHABBATULLAH)


Sewaktu masih kecil Husain (cucu Rasulullah Saw.) bertaya kepada ayahnya, Sayidina Ali ra: "Apakah engkau mencintai Allah?" Ali ra menjawab, "Ya". Lalu Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?" Ali ra kembali menjawab, "Ya". Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai Ibuku?" Lagi-lagi Ali menjawab,"Ya". Husain kecil kembali bertanya: "Apakah engkau mencintaiku?" Ali menjawab, "Ya". Terakhir Si Husain yang masih polos itu bertanya, "Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?" Kemudian Sayidina Ali menjelaskan: "Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kekek dari ibumu (Nabi Saw.), ibumu (Fatimah ra) dan kepada kamu sendiri adalah kerena cinta kepada Allah". Karena sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah Swt. Setelah mendengar jawaban dari ayahnya itu Husain jadi tersenyum mengerti.

Seorang sufi wanita terkenal dari Bahsrah, Rabi'ah Al- Adawiyah (w. 165H) ketika berziarah ke makam Rasul Saw. pernah mengatakan: "Maafkan aku ya Rasul, bukan aku tidak mencintaimu tapi hatiku telah tertutup untuk cinta yang lain, karena telah penuh cintaku pada Allah Swt". Tentang cinta itu sendiri Rabiah mengajarkan bahwa cinta itu harus menutup dari segala hal kecuali yang dicintainya. Bukan berarti Rabiah tidak cinta kepada Rasul, tapi kata-kata yang bermakna simbolis ini mengandung arti bahwa cinta kepada Allah adalah bentuk integrasi dari semua bentuk cinta termasuk cinta kepada Rasul. Jadi mencintai Rasulullah Saw. sudah dihitung dalam mencintai Allah Swt. Seorang mukmin pecinta Allah pastilah mencintai apa apa yang di cintai-Nya pula. Rasulullah pernah berdoa: "Ya Allah karuniakan kepadaku kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu dan kecintaan apa saja yang mendekatkan diriku pada kecintaan-Mu. Jadikanlah dzat-Mu lebih aku cintai dari pada air yang dingin."

Selanjutnya Rabiah -yang sangat terpandang sebagai wali Allah karena kesalehannya- mengembangkan konsep cinta yang menurut hematnya harus mengikuti aspek kerelaan (ridha), kerinduan (syauq), dan keakraban (uns). Selain itu ia mengajarkan bahwa cinta kepada Tuhan harus mengesampingkan dari cinta-cinta yang lain dan harus bersih dari kepentingan pribadi (dis-interested). Cinta kepada Allah tidak boleh mengharapkan pahala atau untuk menghindarkan siksa, tetapi semata-mata berusaha melaksanakan kehendak Allah, dan melakukan apa yang bisa menyenangkan-Nya, sehingga Ia kita agungkan. Hanya kepada hamba yang mencintai-Nya dengan cara seperti itu, Allah akan menyibakkan diri-Nya dengan segala keindahannya yang sempurna. Rumusan cinta Rabiah dapat di simak dalam doa mistiknya: "Oh Tuhan, jika aku menyembahmu karena takut akan api neraka, maka bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembahmu karena berharap surga, maka campakanlah aku dari sana; Tapi jika aku menyembahmu karena Engkau semata, maka janganlah engkau sembunyikan keindahan-Mu yang abadi."

Dalam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi. "(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS. 5: 54). Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah dari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, dan lain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah).

Menurut Sang Hujjatul Islam ini kata mahabbah berasal dari kata hubb yang sebenarnya mempunyai asal kata habb yang mengandung arti biji atau inti. Sebagian sufi mengatakan bahwa hubb adalah awal sekaligus akhir dari sebuah perjalanan keberagamaan kita. Kadang kadang kita berbeda dalam menjalankan syariat karena mazhab/aliran. Cinta kepada Allah -yang merupakan inti ajaran tasawuf- adalah kekuatan yang bisa menyatukan perbedaan-perbedaan itu.

Bayazid Bustami sering mengatakan: "Cinta adalah melepaskan apa yang dimiliki seseorang kepada Kekasih (Allah) meskipun ia besar; dan menganggap besar apa yang di peroleh kekasih, meskipun itu sedikit." Kata-kata arif dari sufi pencetus doktrin fana' ini dapat kita artikan bahwa ciri-ciri seorang yang mencintai Allah pertama adalah rela berkorban sebesar apapun demi kekasih. Cinta memang identik dengan pengorbanan, bahkan dengan mengorbankan jiwa dan raga sekalipun. Hal ini sudah di buktikan oleh Nabi Muhammad Saw., waktu ditawari kedudukan mulia oleh pemuka Quraisy asalkan mau berhenti berdakwah. Dengan kobaran cintanya yang menyala-nyala pada Allah Swt., Rasulullah mengatakan kepada pamannya: "Wahai pamanku, demi Allah seandainya matahari mereka letakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku berhenti meninggalkan tugasku ini, maka aku tidak mungkin meninggalkannya sampai agama Allah menang atau aku yang binasa". Ciri kedua dari pecinta adalah selalu bersyukur dan menerima terhadap apa- apa yang di berikan Allah. Bahkan ia akan selalu ridha terhadap Allah walaupun cobaan berat menimpanya.

Jiwa para pecinta rindu untuk berjumpa dan memandang wajah Allah yang Maha Agung.. "Orang orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka "'(QS. 2: 46). Tentang kerinduan para pecinta terhadap Allah Swt., sufi besar Jalaluddin Rumi menggambarkan dalam matsnawi sebagai kerinduan manusia pada pengalaman mistikal primordial di hari "alastu" sebagai kerinduan seruling untuk bersatu kembali pada rumpun bambu yang merupakan asal muasal ia tercipta. Hidup di dunia merupakan perpisahan yang sangat pilu bagi para pecinta, mereka rindu sekali kepada Rabbnya seperti seseorang yang merindukan kampung halamannya sendiri, yang merupakan asal-usulnya. Jiwa para pecinta selalu dipenuhi keinginan untuk melihat Allah Swt. dan itu merupakan cita-cita hidupnya. Menurut Al-Ghazali makhluk yang paling bahagia di akhirat adalah yang paling kuat kecintaannya kepada Allah Swt. Menurutnya, ar-ru'yah (melihat Allah).merupakan puncak kebaikan dan kesenangan. Bahkan kenikmatan surga tidak ada artinya dengan kenikmatan kenikmatan perjumpaan dengan Allah Swt. Meminta surga tanpa mengharap perjumpaan dengan-Nya merupakan tindakan "bodoh" dalam terminologi sufi dan mukmin pecinta.

"Shalat adalah mi'rajnya orang beriman" begitulah bunyi sabda Nabi Saw. untuk menisbatkan kualitas shalat bagi para pecinta. Shalat merupakan puncak pengalaman ruhani di mana ruh para pecinta akan naik ke sidratul muntaha, tempat tertinggi di mana Rasulullah di undang langsung untuk bertemu dengan-Nya. Seorang Aqwiya (orang-orang yang kuat kecintaannya pada Tuhan) akan menjalankan shalat sebagai media untuk melepaskan rindu mereka kepada Rabbnya, sehingga mereka senang sekali menjalankannya dan menanti-nanti saat shalat untuk waktu berikutnya, bukannya sebagai tugas atau kewajiban yang sifatnya memaksa. Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata: "Ada hamba yang beribadah kepada Allah karena ingin mendapatkan imbalan, itu ibadahnya kaum pedagang. Ada hamba yang beribadah karena takut siksaan, itu ibadahnya budak, dan ada sekelompok hamba yang beribadah karena cinta kepada Allah Swt, itulah ibadahnya orang mukmin". Seorang pecinta akan berhias wangi dan rapi dalam shalatnya, melebihi saat pertemuan dengan orang yang paling ia sukai sekalipun. Bahkan mereka kerap kali menangis dalam shalatnya. Kucuran air mata para pecinta itu merupakan bentuk ungkapan kerinduan dan kebahagiaan saat berjumpa dengan-Nya dalam sholatnya.

Mencintai Allah Swt. bisa di pelajari lewat tanda-tanda-Nya yang tersebar di seluruh ufuk alam semesta. Pada saat yang sama, pemahaman dan kecintaan kepada Allah ini kita manifestasikan ke bentuk yang lebih nyata dengan amal saleh dan akhlakul karimah yang berorientasi dalam segenap aspek kehidupan.

Ada sebuah cerita, seorang sufi besar bernama Abu Bein Azim terbangun di tengah malam. Kamarnya bermandikan cahaya. Di tengah tengah cahaya itu ia melihat sesosok makhluk, seorang Malaikat yang sedang memegang sebuah buku. Abu Bein bertanya: "Apa yang sedang anda kerjakan?" Aku sedang mencatat daftar pecinta Tuhan. Abu Bein ingin sekali namanya tercantum. Dengan cemas ia melongok daftar itu, tapi kemudian ia gigit jari, namanya tidak tercantum di situ. Ia pun bergumam: "Mungkin aku terlalu kotor untuk menjadi pecinta Tuhan, tapi sejak malam ini aku ingin menjadi pecinta manusia". Esok harinya ia terbangun lagi di tengah malam. Kamarnya terang benderang, malaikat yang bercahaya itu hadir lagi. Abu Bein terkejut karena namanya tercantum pada papan atas daftar pecinta Tuhan. Ia pun protes: "Aku bukan pecinta Tuhan, aku hanyalah pecinta manusia". Malaikat itu berkata: "Baru saja Tuhan berkata kepadaku bahwa engkau tidak akan pernah bisa mencintai Tuhan sebelum kamu mencintai sesama manusia".

Mencintai Allah bukan sebatas ibadah vertikal saja (mahdhah), tapi lebih dari itu ia meliputi segala hal termasuk muamalah. Keseimbangan antara hablun minallah dan hablun minannas ini pernah di tekankan oleh Nabi Saw. dalam sebuah hadits qudsi: "Aku tidak menjadikan Ibrahim sebagai kekasih (khalil), melainkan karena ia memberi makan fakir miskin dan shalat ketika orang-orang terlelap tidur". Jadi cinta kepada Allah pun bisa diterjemahkan ke dalam cinta kemanusiaan yang lebih konkrit, misalnya bersikap dermawan dan memberi makan fakir miskin. Sikap dermawan inilah yang dalam sejarah telah di contohkan oleh Abu bakar, Abdurahman bin Auf, dan sebagainya. Bahkan karena cintanya yang besar kepada Allah mereka memberikan sebagian besar hartanya dan hanya menyisakan sedikit saja untuk dirinya. Mencintai Allah berarti menyayangi anak-anak yatim, membantu saudara saudara kita yang di timpa bencana, serta memberi sumbangan kepada kaum dhuafa dan orang lemah yang lain. Dalam hal ini Rasulullah Saw. pernah bersabda ketika ditanya sahabatnya tentang kekasih Allah (waliyullah). Jawab beliau: "Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, dengan ruh Allah, bukan atas dasar pertalian kerluarga antara sesama mereka dan tidak pula karena harta yang mereka saling beri." Menurut Nurcholish Madjid, yang di tekankan dalam sabda Nabi tersebut adalah perasaan cinta kasih antar sesama atas dasar ketulusan, semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

oleh PUJI WANTO

Mahasiswa TMI Angkatan 1997

Universitas Islam Indonesia
http://unisys.uii.ac.id/index.asp?u=1341&b=I&v=1&id=1

Orang Orang Yang Didoakan Malaikat

Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya." (Qs. Al Anbiyaa': 26-28)

Inilah orang-orang yang didoakan oleh para malaikat:

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.

Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang duduk menunggu shalat.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.'" (Shahih Muslim no. 469)

3. Orang-orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.

Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan." (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang-orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf-shaf." (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu." (Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia.'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang-orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' radliyallaahu 'anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan.'" (Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang-orang yang berinfak.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.' Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit.'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang makan sahur.

Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur." (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang menjenguk orang sakit.

Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh." (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain." (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

http://www.fiqhislam.com/agenda-muslim/a-r-t-i-k-e-l/6102-orang-orang-yang-di-doakan-oleh-malaikat.html

Seandainya Lebih Panjang Lagi

Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Rosulullah berkata,"tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?" Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal" "Apa yang di katakannya?" "saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut.

Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong." "Bagaimana bunyinya?" desak Rosulullah. Istri yang setia itu menjawab, "suami saya mengatakan "Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru.... andaikata semuanya...."
hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?" Rosulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,"ujarnya.

Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi". Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanyalebih besar pula.

Ucapan lainnya ya Rosulullah?"tanya sang istri mulai tertarik. Nabi menjawab,"adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan.

Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi". Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?" tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan,"ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging.

Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ' kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.

Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain.

Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri.Karena itu Allah mengingatkan: "kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula." (surat Al Isra':7)

Kisah Khalifah Umar dan Ibu Pemasak Batu

Pada waktu malam, Umar melihat nyala api dari kejauhan. Dia pun pergi menuju ke arah api tersebut. Ternyata, dia menjumpai seorang wanita yang dikelilingi oleh anak-anaknya. Sementara di atas api, ada sebuah periuk yang di dalamnya terdapat batu dan air. Wanita ini memegang sebuah tongkat guna membolak-balikkan batu yang ada di dalam periuk tersebut, sementara anak-anaknya menangis karena kelaparan.

Umar pun berkata, “Assalamu’alaikum, wahai orang yang sedang menyalakan api.”
Wanita itu menjawab, “Wa’alaikumsalam.”

“Apakah aku boleh mendekat?” tanya Umar.
“Mendekatlah dengan cara yang baik,” jawab perempuan itu.

“Apa yang sedang kalian alami?” tanya Umar lagi.
“Kami tidak mempunyai rumah yang dapat melindungi kami dari malam dan dingin,” jawab sang wanita.

“Kenapa anak-anak kecil itu menangis?” tanya Umar.
“Sesungguhnya mereka sedang lapar,” tukas wanita itu.

“Apa yang ada di dalam periuk ini?” tanya Umar.
“Batu-batu yang aku panaskan dengan maksud untuk membuat mereka terdiam hingga akhirnya mereka tertidur. Demi Allah, kami merasa kesal kepada Umar,” keluh wanita itu. Wanita tersebut tidak mengetahui bahwa yang berbicara dengannya adalah Umar.

Maka, Umar berkata, “Ada apa dengan Umar?”
Sang wanita menjawab, “Dia telah menjadi pemimpin kami, tetapi kemudian dia melalaikan kami!”

Umar pun segera pergi menuju Baitul Maal. Sesampainya di sana, dia mengambil satu karung tepung dan beberapa lemak.

Umar berkata kepada pembantunya, “Angkatlah barang-barang ini ke pundakku!”
“Biar aku yang membawanya, wahai Amirul Mukminin,” kata pembantu itu.

“Apakah kamu siap untuk menanggung dosa-dosaku pada hari kiamat nanti?” tukas Umar.
Umar pun, akhirnya, sampai di tempat wanita itu setelah membawa sendiri tepung tersebut.

Sesampainya di sana, dia melempar tepung itu, lalu dia berkata kepadanya, “Tuangkanlah tepung itu, biar aku yang membolak-balikkannya.”

Umar meniup api hingga asap keluar dari sela-sela jenggotnya yang lebat. Umar memasak makanan untuk wanita tersebut dan anak-anaknya, kemudian dia meletakkan makanan itu di sebuah piring besar untuk diberikan kepada anak-anak kecil itu. Umar memberi langsung makanan itu kepada mereka hingga tangisan mereka tidak terdengar lagi, dan setelah itu mereka pun tertidur. Wanita itu, kemudian, berkata kepada Umar dalam keadaan dia tidak mengetahui bahwa orang yang diajaknya berbicara adalah Umar, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Sungguh, kamu lebih berhak memegang kepemimpinan ini daripada Umar.”

Umar pun meninggalkan wanita itu, lalu dia berkata kepada pembantunya, Aslam, “Sesungguhnya kelaparan telah membuat mereka tidak dapat tidur. Maka, aku pun tidak mau meninggalkan sampai mereka benar-benar merasa kenyang.

Sedikit Sejarah Dari Perang Yang Dilakukan Muslim Di Masa Lampau

Mungkin kita pernah mendengar kisah-kisah kepahlawanan di masa Islam jaya dan memperluas wilayahnya, yaitu masa di mana Islam dipimpin oleh khulafaur rasyidin. Namun demikian, mungkin kita jarang membaca bagaimana "rules of engagement" atau etika pasukan muslim saat berangkat perang pada masa itu. Mungkin sedikit yang saya temukan di Internet ini bisa memberikan gambaran kepada kita. Wallahu alam, yang benar datangnya dari Allah semata..sedangkan jika ada yang salah, merupakan kesalahan saya sebagai manusia.

Ketika Sayyidina Abu Bakar akan memberangkatkan pasukan Muslimin, beliau berkata, “Jangan curang! Jangan membunuh bayi! Jangan membunuh orang yang lanjut usia! Jangan membunuh perempuan! Jangan menyembelih binatang ternak! Jangan merusak pohon! Jangan menghancurkan rumah! Jangan membakar ladang pertanian! Jika kalian melihat orang-orang yang menghususkan diri untuk beribadah di gereja-gereja, maka jangan ganggu mereka! Jangan menyerang musuh di waktu subuh!”

Ketika menaklukkan Persia, Khalid bin Walid ra., panglima hebat yang memiliki julukan "Saifulloh" (pedang Allah), melewati sebuah kuil. Di dalamnya ia dapati dua orang laki-laki yang sedang beribadah, yang satu bernama Nafi dan satunya lagi bernama Sirin. Khalid berniat membunuh keduanya. Namun ia teringat pesan Sayyidina Abu Bakar. Maka ia pun meninggalkan mereka berdua.

Tahukah Anda, siapa yang kemudian terlahir dari sperma kedua laki-laki itu? Dari keduanya lahirlah Uqbah ibn Nafi, penakluk Afrika, dan Ibnu Sirin, ahli hadits yang faqih.

Ketika kaum Muslimin telah berhasil menaklukkan Damaskus dan mengambil jizyah dari penduduknya, tiba-tiba pasukan Romawi kembali menyerang kaum Muslimin. Lalu Khalid bin Walid mengembalikan seluruh harta jizyah kepada penduduk Damaskus dan berkata kepada mereka, “Kami mengambil jizyah dari kalian supaya kami membela kalian. Tapi sekarang kami tidak sanggup lagi membela kalian. (Maka terimalah kembali uang jizyah ini.)”

Tampak betapa mulianya sikap dan tindakan pemimpin-pemimpin Islam saat itu. Marilah kita jadikan teladan dalam kehidupan kita sehari-hari semampu yang kita dapat lakukan. Semoga sedikit tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita, saudaraku. Amiin.

Teka Teki Imam Ghazali

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya :

Soalan pertama
Imam Ghazali : Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 : Orang tua
Murid 2 : Guru
Murid 3 : Teman
Murid 4 : Kaum kerabat

Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran:185) .

Soalan kedua
Imam Ghazali : Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?
Murid 1 : Negeri Cina
Murid 2 : Bulan
Murid 3 : Matahari
Murid 4 : Bintang-bintang

Iman Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, teta! p kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Soalan ketiga
Iman Ghazali : Apa yang paling besar didunia ini ?

Murid 1 : Gunung
Murid 2 : Matahari
Murid 3 : Bumi

Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka .

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah), dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat); mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi; mereka itulah orang-orang yang lalai. ” (Surah Al-A’raaf, Ayat 179)

Soalan keempat
Imam Ghazali : Apa yang paling berat didunia ?

Murid 1 : Baja
Murid 2 : Besi
Murid 3 : Gajah

Imam Ghazali : Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah(pemimpin) di duni! a ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia
masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.’

Soalan kelima
Imam Ghazali : Apa yang paling ringan di dunia ini ?

Murid 1 : Kapas
Murid 2 : Angin
Murid 3 : Debu
Murid 4 : Daun-daun

Imam Ghazali : Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat. Na’uzubillahiminzaa lik.

Soalan keenam
Imam Ghazali : Apa yang paling tajam sekali didunia ini ?

Murid- Murid dengan serentak menjawab : Pedang

Imam Ghazali : Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA . Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri

Mencintai Alquran

Teman teman, ada sedikit catatan dari khotbah jumatan kantorku hari ini. Semoga bermanfaat.

Ibnu Abbas ra menafsirkan ayat Quran bahwa iblis akan mendatangi manusia dari arah depan, belakang, kanan, dan kiri, sebagai berikut : adalah bahwa dari arah depan artinya manusia telah dibuat lupa oleh iblis akan akhirat. Dari belakang, artinya manusia dibuat oleh iblis menjadi cinta berlebih-lebihan terhadap dunia, dari arah kanan, artinya manusia dibuat oleh iblis menjadi tidak mencintai agama dan syariat, dan didatangi dari arah kiri, artinya manusia dibuat oleh iblis menjadi sering dan suka berbuat maksiat. Kiranya dapat menjadi renungan bagi kita apakah ada salah satu dari hal tersebut terjadi pada kita. Salah satu cara menangkal godaan iblis tersebut adalah dengan banyak berdzikir.

Khusus mengenai mencintai agama, tanda bahwa seorang muslim mencintai agamanya adalah dia sering membaca, mempelajari makna dan mengamalkan isi Alquran. sudahkah kita melakukannya? Karena setiap huruf alquran yang kita baca akan diberi ganjaran sepuluh kebaikan oleh Allah. Dan Rasulullah mengatakan "aku tidak mengatakan aliflammim satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf. Subhanallah..

Ketika Tangan Dan Kaki Berkata

Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi

Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggungjawab tiba

Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Dijalan cahaya
Sempurna

Mohon karunia
Kepada kami
Hamba-Mu yang hina

Lagu: Chrisye
Lirik: Taufiq Ismail

Pahala Puasa Ramadhan

Diriwayatkan Ali bin Abi Talib ra, Rasullullah SAW bersabda, “Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas kepada Allah SWT, dia akan diberikan oleh tujuh perkara, yaitu:
1. Akan dicairkan daging haram yang tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh dari makanan yang haram).
2. Rahmat Allah SWT sentiasa dekat dengannya.
3. Diberi oleh Allah SWT sebaik-baiknya amal.
4. Dijauhkan dari rasa lapar dan dahaga.
5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang amat mengerikan).
6. Diberikan cahaya oleh Allah SWT pada hari kiamat untuk menyeberang Titian Sirath.
7. Allah SWT akan memberinya kemulian di surga.

Sedikit Renungan

Siang tadi aku naik pesawat ke kampung halamanku. Cuaca cerah, agak sedikit berawan. Entah mengapa, sejak banyak berita tentang kecelakaan pesawat, tiap kali akan naik pesawat, aku merasa bisa saja aku tidak sampai tujuan dengan selamat. Bisa saja Izrail a.s dikirimkan untuk mencabut nyawaku. Kalau sudah begitu, kuucapkan basmalah dan kalimat syahadat, aku jadi tenang kembali, kuserahkan hidup matiku pada-Nya.

Saat ada di penerbangan, aku melihat dari jendela, aku lihat awan berarak-arak, dengan warna perak putih yang indah. Kalau langit dunia saja sudah indah seperti ini, bagaimana langit di surga Allah nanti? Aku tiba-tiba merasa kecil dan tak berarti, saat kulihat sebuah gunung di agak kejauhan. Kakinya tak tampak karena tertutup awan. Kalau dipikir, manusia memang makhluk yang lemah di hadapan Robbi, karena untuk mendaki gunung, manusia harus bersusah payah berhari-hari mendaki dengan perbekalan tak sedikit, dan belum tentu selamat pula dalam pendakian itu.

Tapi bagi Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Besar, gunung-gunung bukanlah apa-apa. Dalam Alquran, Allah berfirman bahwa di yaumil kiamat, gunung-gunung akan ditiup bagai berterbangan. Allahu akbar. Manusia yang lemah harus bersusah payah untuk mendaki satu gunung, tapi bagi Allah, menerbangkan seluruh gunung-gunung di bumi adalah hal yang amat mudah.. Masihkah pantas bagi diri kita untuk bersombong diri?

Apabila melihat langit di bumi yang begitu luas, kita terpana. Namun di akhirat nanti, bagi yang bertaqwa dan orang orang yang beriman, dijanjikan surga seluas langit dan bumi. Betapa Allah Maha Hebat.. Kita hanya setitik debu, bahkan lebih kecil tak berarti bagi-Nya.

Kehidupan dunia seolah jadi tak berarti jika kita mengingat akhirat, alam tujuan akhir yang kekal.

Saat akan mendarat, penumpang di sebelahku, seorang bapak bapak berusia sekitar 50an, kulihat begitu khusyu berdzikir. Aku tak tahu apa yang membuatnya demikian. Bisa jadi ada pengalaman buruk dengan penerbangan dialaminya. Aku pun seperti diingatkan melalui bapak itu, bahwa semuanya bisa terjadi.. pasrah saat pesawat mulai meluncur turun.. Dan alhamdulilah, Allah masih memberi umur bagiku, selamat sampai kota asalku. Terima kasih ya Allah untk perjalanan hari ini. Kau teteskan sedikit rasa cemas dan takut padaku, sehingga aku masih bisa mengingat-Mu...

Kisah Hidup Imam Hasan Al Basri

Suatu hari ummahatul mu’minin, Ummu Salamah, menerima khabar bahwa mantan "maula" (pembantu wanita)-nya telah melahirkan seo¬rang putera mungil yang sehat. Bukan main gembiranya hati Ummu Salamah mendengar berita tersebut. Diutusnya seseorang untuk mengundang bekas pembantunya itu untuk menghabiskan masa nifas di rumahnya.

Ibu muda yang baru melahirkan tersebut bernama Khairoh, orang yang amat disayangi oleh Ummu Salamah. Rasa cinta ummahatul mu’minin kepada bekas maulanya itu, membuat ia begitu rindu untuk segera melihat puteranya. Ketika Khairoh dan puteranya tiba, Ummu Salamah memandang bayi yang masih merah itu dengan penuh sukacita dan cinta. Sungguh bayi mungil itu sangat menawan. "Sudahkah kau beri nama bayi ini, ya Khairoh?" tanya Ummu Salamah. "Belum ya ibunda. Kami serahkan kepada ibunda untuk menamainya" jawab Khai¬roh. Mendengar jawaban ini, ummahatul mu’minin berseri-seri, seraya berujar "Dengan berkah Allah, kita beri nama Al-Hasan." Maka do’apun mengalir pada si kecil, begitu selesai acara pembe¬rian nama.

Al-Hasan bin Yasar – atau yang kelak lebih dikenal sebagai Hasan Al-Basri, ulama generasi salaf terkemuka – hidup di bawah asuhan dan didikan salah seorang isteri Rasulullah SAW: Hind binti Suhail yang lebih terkenal sebagai Ummu Salamah. Beliau adalah seorang puteri Arab yang paling sempurna akhlaqnya dan paling kuat pendiriannya, ia juga dikenal – sebelum Islam – sebagai penulis yang produktif. Para ahli sejarah mencatat beliau sebagai yang paling luas ilmunya di antara para isteri Rasulullah SAW.

Waktu terus berjalan. Seiring dengan semakin akrabnya hubun¬gan antara Al-Hasan dengan keluarga Nabi SAW, semakin terbentang luas kesempatan baginya untuk ber"uswah" (berteladan) pada ke¬luarga Rasulullah SAW. Pemuda cilik ini mereguk ilmu dari rumah-rumah ummahatul mu’minin serta mendapat kesempatan menimba ilmu bersama sahabat yang berada di masjid Nabawiy.

Ditempa oleh orang-orang sholeh, dalam waktu singkat Al-Hasan mampu meriwayatkan hadist dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik dan sahabat-sahabat RasuluLlah lainnya.
Al-Hasan sangat mengagumi Ali bin Abi Thalib, karena keluasan ilmunya serta kezuhudannya. Penguasan ilmu sastra Ali bin Abi Thalib yang demikian tinggi, kata-katanya yang penuh nasihat dan hikmah, membuat Al-Hasan begitu terpesona.

Pada usia 14 tahun, Al-Hasan pindah bersama orang tuanya ke kota Basrah, Iraq, dan menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Basri. Basrah kala itu terkenal sebagai kota ilmu dalam Daulah Islamiyyah. Masjid-masjid yang luas dan cantik dipenuhi halaqah-halaqah ilmu. Para sahabat dan tabi’in banyak yang sering singgah ke kota ini.
Di Basrah, Hasan Al-Basri lebih banyak tinggal di masjid, mengikuti halaqah-nya Ibnu Abbas. Dari beliau, Hasan Al-Basri banyak belajar ilmu tafsir, hadist dan qiro’at. Sedangkan ilmu fiqih, bahasa dan sastra dipelajarinya dari sahabat-sahabat yang lain. Ketekunannya mengejar dan menggali ilmu menjadikan Hasan Al-Basri sangat ‘alim dalam berbagai ilmu. Ia terkenal sebagai seorang faqih yang terpercaya.

Keluasan dan kedalaman ilmunya membuat Hasan Al-Basri banyak didatangi orang yang ingin belajar langsung kepadanya. Nasihat Hasan Al-Basri mampu menggugah hati seseorang, bahkan membuat para pendengarnya mencucurkan air mata. Nama Hasan Al-Basri makin harum dan terkenal, menyebar ke seluruh negeri dan sampai pula ke telinga penguasa.

Ketika Al-Hajaj ats-Tsaqofi memegang kekuasan gubernur Iraq, ia terkenal akan kediktatorannya. Perlakuannya terhadap rakyat¬ terkadang sangat melampaui batas. Nyaris tak ada seorang pun penduduk Basrah yang berani mengajukan kritik atasnya atau menen¬tangnya. Hasan Al-Basri adalah salah satu di antara sedikit penduduk Basrah yang berani mengutarakan kritik pada Al-Hajaj. Bahkan di depan Al-Hajaj sendiri, Hasan Al-Basri pernah menguta¬rakan kritiknya yang amat pedas.

Saat itu tengah diadakan peresmian istana Al-Hajaj di tepian kota Basrah. Istana itu dibangun dari hasil keringat rakyat, dan kini rakyat diundang untuk menyaksikan peresmiannya. Saat itu tampillah Hasan Al-Basri menyuarakan kritiknya terhadap Al-Hajaj:
"Kita telah melihat apa-apa yang telah dibangun oleh Al-Hajaj. Kita juga telah mengetahui bahwa Fir’au membangun istana yang lebih indah dan lebih megah dari istana ini. Tetapi Allah menghancurkan istana itu … karena kedurhakaan dan kesombongannya …"
Kritik itu berlangsung cukup lama. Beberapa orang mulai cemas dan berbisik kepada Hasan Al-Basri, "Ya Abu Sa’id, cukupkanlah kritikmu, cukuplah!" Namun beliau menjawab, "Sungguh Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang berilmu, supaya menerangkan kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikannya."

Begitu mendengar kritik tajam tersebut, Al-Hajaj menghardik para ajudannya, "Celakalah kalian! Mengapa kalian biarkan budak dari Basrah itu mencaci maki dan bicara seenaknya? Dan tak seo¬rangpun dari kalian mencegahnya? Tangkap dia, hadapkan kepadaku!" .

Semua mata tertuju kepada sang Imam dengan hati berge¬tar. Hasan Al-Basri berdiri tegak dan tenang menghadapi Al-Hajaj bersama puluhan polisi dan algojonya. Sungguh luar biasa ketenan¬gan beliau. Dengan keagungan seorang mu’min, izzah seorang muslim dan ketenangan seorang da’i, beliau hadapi sang tiran.

Melihat ketenangan Hasan Al-Basri, seketika kecongkakan Al-Hajaj sirna. Kesombongan dan kebengisannya hilang. Ia langsung menyambut Hasan Al-Basri dan berkata lembut, "Kemarilah ya Abu Sa’id …" Al-Hasan mendekatinya dan duduk berdampingan. Semua mata memandang dengan kagum.

Mulailah Al-Hajaj menanyakan berba¬gai masalah agama kepada sang Imam, dan dijawab oleh Hasan Al-Basri dengan bahasa yang lembut dan mempesona. Semua pertanyaan¬nya dijawab dengan tuntas. Hasan Al-Basri dipersilakan untuk pulang. Usai pertemuan itu, seorang pengawal Al-Hajaj bertanya, "Wahai Abu Sa’id, sungguh aku melihat anda mengucapkan sesuatu ketika hendak berhadapan dengan Al-Hajaj. Apakah sesungguhnya kalimat yang anda baca itu?" Hasan Al-Basri menjawab, "Saat itu kubaca: Ya Wali dan PelindungKu dalam kesusahan. Jadikanlah hukuman Hajaj sejuk dan keselamatan buatku, sebagaimana Engkau telah jadikan api sejuk dan menyelamatkan Ibrahim."

Nasihatnya yang terkenal diucapkannya ketika beliau diundang oleh penguasa Iraq, Ibnu Hubairoh, yang diangkat oleh Yazid bin Abdul Malik. Ibnu Hubairoh adalah seorang yang jujur dan sholeh, namun hatinya selalu gundah menghadapi perintah-perintah Yazid yang bertentangan dengan nuraninya. Ia berkata, "Allah telah memberi kekuasan kepada Yazid atas hambanya dan mewajibkan kita untuk mentaatinya. Ia sekarang menugaskan saya untuk memerintah Iraq dan Parsi, namun kadang-kadang perintahnya bertentangan dengan kebenaran. Ya, Abu Sa’id apa pendapatmu? Nasihatilah aku …"

Berkata Hasan Al-Basri, "Wahai Ibnu Hubairoh, takutlah kepada Allah ketika engkau mentaati Yazid dan jangan takut kepada Yazid¬ketika engkau mentaati Allah. Ketahuilah, Allah membelamu dari Yazid, dan Yazid tidak mampu membelamu dari siksa Allah. Wahai Ibnu Hubairoh, jika engkau mentaati Allah, Allah akan memelihara¬mu dari siksaan Yazid di dunia, akan tetapi jika engkau mentaati Yazid, ia tidak akan memeliharamu dari siksa Allah di dunia dan akhirat. Ketahuilah, tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam ma’siat kepada Allah, siapapun orangnya." Berderai air mata Ibnu Hubairoh mendengar nasihat Hasan Al-Basri yang sangat dalam itu.

Pada malam Jum’at, di awal Rajab tahun 110H, Hasan Al-Basri memenuhi panggilan Robb-nya. Ia wafat dalam usia 80 tahun. Pendu¬duk Basrah bersedih, hampir seluruhnya mengantarkan jenazah Hasan Al-Basri ke pemakaman. Hari itu di Basrah tidak diselenggarakan sholat Ashar berjamaah, karena kota itu kosong tak berpenghuni.

Kisah Ali Bin Abi Thalib RA Tentang Keutamaan Ilmu Dibanding Harta

Ambil manfaat dari pelajaran kisah di bawah ini.

Nabi pernah bersabda:

“Ana madinatul ‘ilmi wa ‘Ali baabuha”

(Aku ini kotanya ilmu dan Ali adalah pintunya)

Pernyataan Nabi ini adalah sebagai ungkapan betapa luas dan tingginya ilmu Ali bin Abi Thalib, kholifah ke-empat.

Bagi kaum Khawarij, kaum yang menentang Khalifah Ali bin Abi Thalib, pujian Nabi menimbulkan rasa benci dan iri. Oleh karena itulah mereka mengirimkan sepuluh orang untuk menguji kepandaian Ali bin Abi Thalib. Secara bergilir mereka mengajukan pertanyaan yang sama. Yaitu: “Mulia mana, ilmu dengan harta?”

Jawaban Ali untuk penanya.

Pertama, ilmu lebih mulia daripada harta karena ilmu adalah warisan para Nabi sedangkan harta adalah warisan Fir’aun, Qarun, dan sebagainya.

Kedua, ilmu lebih mulia daripada harta karena ilmulah yang menjaga empunya, sedang harta, empunyalah yang menjaganya.

Ketiga, ilmu lebih mulia daripada harta karena orang berilmu banyak sahabatnya, sedangkan orang yang berharta lebih banyak yang menyatroninya.

Keempat, ilmu lebih mulia daripada harta karena ilmu bila disebarkan semakin bertambah, sedangkan harta bila disebarkan akan berkurang.

Kelima, ilmu lebih mulia daripada harta karena tidak bisa dicuri, sedangkan harta dapat hilang tercuri.

Keenam, ilmu lebih mulia daripada harta karena ilmu tidak dapat dibinasakan dan tidak dapat habis, sedangkan harta bisa habis punah.

Ketujuh, ilmu lebih mulia daripada harta karena ilmu tidak terbatas dan tak terhingga, sedangkan harta berbatas dan terhitung.

Kedelapan, ilmu lebih mulia daripada harta karena ilmu memberi sinar kebaikan, menjernihkan hati dan pikiran, sedangkan harta pada umumnya dapat menggelapkan hati.

Kesembilan, ilmu lebih mulia daripada harta karena orang berilmu lebih suka kebajikan dan mendapat sebutan mulia yaitu si Alim, sedangkan orang berharta lebih cenderung kepada sifat bakhil dan egois.

Kesepuluh, ilmu lebih mulia daripada harta karena orang berilmu lebih mendorong untuk mencintai Allah, berperikemanusiaan tinggi, serta merendahkan diri, sedang harta benda membangkitkan rasa sombong, congkak, dan takabur.

Jawaban Ali yang berbeda-beda untuk pertanyaan yang sama mengaburkan rasa benci beralih rasa kekaguman dan hormat.

Marilah kita terus hidup untuk menambah ilmu dengan membagikannya…

diambil dari : http://maroebeni.co.cc/2009/01/31/10-keutamaan-ilmu-di-atas-harta/

Kisah Mbak Painem

Mbah Painem adalah seorang perempuan lansia yang hidup bersama suaminya yang sudah cacat, dan seorang anak dan dua cucunya, di sebuah dusun terpencil di Karanganyar, Jawa Tengah. Kehidupannya diangkat dalam acara "Jika Aku Menjadi" di Trans TV hari Sabtu, 18 Mei 2009.

Sehari-hari mbah Painem, seorang perempuan yang sudah lanjut berusia 70 tahun, bekerja sebagai buruh panggul di pasar. Beliau harus mengangkat berbagai karung berisi sayur, buah, beras, dan sebagainya, dengan terbungkuk-bungkuk dan terhuyung-huyung, dengan upah hanya seribu - dua ribu sekali angkut. Sungguh sebuah pekerjaan yang luar biasa kerasnya. Masih beruntung kondisi pasar tidak becek karena sudah berlantai semen kasar. Dari pagi sampai sore mbah Painem membanting tulang, mungkin hanya dapat 15-20rb saja setiap hari..
Selain di pasar, dua hari sekali mbah Painem memetik daun jati, untuk dijual ke pasar, ke tukang daging sebagai daun pembungkus daging yang dijual. Seikat daun jati muda hanya dihargai 2ribu per ikat, padahal untuk mengumpulkan 1 ikat dibutuhkan waktu 1 jam. Can you imagine that?
Melihat mbah Painem memanggul berkarung-karung sembako di pasar hanya agar bisa makan, membuatku terharu. Malu rasanya karena tak bisa bersyukur hati ini. Malu kepada-Nya. Beberapa tetes airmata mengalir.

Terimakasih, Allah, Engkau telah memberi hidayah padaku hari ini. Berapapun rizki yang Kau berikan, aku bersyukur dan aku meniru sikap mbah Painem, yang begitu tegar dan keras bekerja, tanpa mengeluh sedikitpun. Begitu rupanya cara bekerja dan bersyukur yang benar. Keadaanku jauh lebih beruntung dari Mbah Painem, tapi aku masih sering mengeluh. Malu. Saatnya berubah, meneladani Mbah Painem, seorang manusia yang berjiwa besar dan luas seperti samudra.

Alhamdulillah, hari ini aku sedikit bertambah dewasa.

Taubat Nasuha

Taubat Nasuha
Ditulis oleh Dewan Asatidz

Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat. Taubat marupakan rahmat
Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya.
Agama Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa
sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia. Bahkan Nabi Muhammad telah membenarkan hal ini
dalam sebuah sabdanya yang berbunyi: "Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan
tersebut)."

Di antara kita pernah berbuat kesalahan terhadap diri sendiri sebagaimana terhadap
keluarga dan kerabat bahkan terhadap Allah. Dengan segala rahmatnya, Allah memberikan
jalan kembali kepada ketaatan, ampunan dan rahmat-Nya dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Penyayang dan Maha Penerima Taubat. Seperti diterangkan dalam surat Al Baqarah: 160 "Dan Akulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
Taubat dari segala kesalahan tidaklah membuat seorang terhina di hadapan Tuhannya. Hal itu justru akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya karena sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri.
Sebagaimana firman-Nyya dalam surat Al-Baqarah: 222, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."
Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara, bahkan pintunya selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-
Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim
dari Abu musa Al-Asy`ari: "Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat."

Merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan dirinya terus-menerus melampai batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka dan sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya karena sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun
lagi Maha penyayang. Tepatlah kiranya firman Allah dalam surat Ali Imran ayat: 133, "Bersegaralah kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang
yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang dan Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-
dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."

Taubat yang tingkatannya paling tinggi di hadapan Allah adalah "Taubat Nasuha", yaitu
taubat yang murni. Sebagaimana dijelaskan dalam surat At-Tahrim: 66, "Hai orang-orang
yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-
mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu
ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bresamanya, sedang cahaya mereka
memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan 'Ya Tuhan
kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu'".
Taubat Nasuha adalah bertaubat dari dosa yang diperbuatnya saat ini dan menyesal atas dosa- dosa yang dilakukannya di masa lalu dan brejanji untuk tidak melakukannya lagi di masa medatang. Apabila dosa atau kesalahan tersebut terhadap bani Adam (sesama manusia), maka caranya adalah dengan meminta maaf kepadanya. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Apakah penyesalan itu taubat?", "Ya", kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah). Amr bin Ala pernah mengatakan:"Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya".
Di bulan pengampunan, Ramadhan yang "Syahrul Maghfirah" ini adalah saat yang tepat
untuk kita bertaubat. Bagi yang sudah bertaubat mari memperbarui taubatnya dan yang belum taubat mari bergegas kepada ampunan Allah. 10 hari kedua bulan Ramadhan merupakan masa maghfirah (ampunan) sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Abu Haurairah "Ramadhan, awalnya Rahmah, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya dibebaskan dari api neraka" (H.R. Ibnu Huzaimah).

Selamat menjalankan ibadah puasa.
(Oleh Muhajriin Abdul Qadir, Lc)

Kubur Memanggil Dengan Lima Panggilan Setiap Hari

Dalam sebuah riwayat, dikatakan, kubur memanggil setiap hari dengan lima panggilan, yaitu sebagai berikut :

1. Aku adalah rumah orang yang sendirian, maka carilah teman yang setia untukmu dengan banyak membaca Alquran

2. Aku adalah rumah kegelapan, maka terangilah aku dengan shalat malam.

3. Aku dalah rumah debu, maka bawalah tikar dengan banyak beramal shalih.

4. Aku adalah rumah ular besar, maka bawalah penawarnya dengan membaca : bismillahirahmanirohim, yang disertai mengalirkan air mata karena rasa takut kepada Allah

3. Aku adalah rumah pertanyaan Munkar dan Nakir, maka perbanyaklah di dunia membaca : Laa ilaaha ilallah, Muhammadurrasulullah, supaya dirimu bisa menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir.

Kisah di Padang Mahsyar

Rasulullah SAW Menangis Ketika Di Padang Mahsyar

Dari Usman bin Affan bin Dahaak bin Muzahim daripada Abbas ra, bapa saudara Rasulullah SAW dari Rasulullah SAW telah bersabda, yang bermaksud:

"Aku adalah orang (manusia) yang paling awal dibangkitkan dari kubur (bumi) pada hari kiamat yang tiada kebanggaan. Bagiku ada syafaat pada hari kiamat yang tiada kemegahan. Bendera pujian di tanganku dan nabi-nabi keseluruhannya berada di bawah benderaku. Umatku adalah umat yang terbaik. Mereka adalah umat yang pertama dihisab sebelum umat yang lain. Ketika mereka bangkit dari kubur, mereka akan mengibas (membuang) tanah yang ada di atas kepala mereka. Mereka semua akan berkata:

"Kami bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan kami bersaksi bahawa Muhammad itu Rasulullah. Inilah yang telah dijanjikan oleh Allah Taala serta dibenarkan oleh para rasul." Ibnu Abbas ra berkata: "Orang yang pertama dibangkitkan dari kubur di hari kiamat ialah Muhammad SAW. Jibril as akan datang kepadanya bersama seekor Buraq. Israfil pula datang dengan membawa bersama bendera dan mahkota. Izrail pula datang dengan membawa bersamanya pakaian-pakaian syurga."

Jibril as akan menyeru: "Wahai dunia! Di mana kubur Muhammad SAW?" Bumi akan berkata: "Sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikan aku hancur. Telah hilang segala lingkaran, tanda dan gunung-ganangku. Aku tidak tahu dimana kubur Muhammad SAW."

Rasulullah SAW bersabda:

"Lalu diangkatkan tiang-tiang dari cahaya dari kubur Nabi Muhammad SAW ke awan langit. Maka, empat malaikat berada di atas kubur."

Israfil bersuara: "Wahai roh yang baik! Kembalilah ke tubuh yang baik!" Maka, kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mula terbongkar. Pada seruan yang ketiga, ketika Rasulullah SAW berdiri, baginda SAW telah membuang tanah di atas kepala dan janggut baginda SAW. Baginda SAW melihat kanan dan kiri. Baginda SAW dapati, tiada lagi bangunan.

Baginda SAW menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi. Jibril as berkata kepadanya: "Bangun wahai Muhammad! Sesungguhnya kamu di sisi Allah Taala di tempat yang luas." Baginda SAW bertanya, "Kekasihku Jibril! Hari apakah ini?"

Jibril as menjawab: "Wahai Muhammad! Janganlah kamu takut! Inilah hari kiamat. Inilah hari kerugian dan penyesalan. Inilah hari pembentangan Allah Taala." Baginda SAW bersabda: "Kekasihku Jibril! Gembirakanlah aku!"

Jibril as berkata: "Apakah yang kamu lihat di hadapanmu?" Baginda SAW bersabda: "Bukan seperti itu pertanyaanku." Jibril as berkata: "Adakah kamu tidak melihat bendera kepujian yang terpacak di atasmu?" Baginda SAW bersabda: "Bukan itu maksud pertanyaanku. Aku bertanya kepadamu akan umatku. Di mana perjanjian mereka?" Jibril as berkata: "Demi keagungan Tuhanku! Tidak akan terbongkar oleh bumi daripada manusia, sebelummu?" Baginda SAW bersabda: "Nescaya akan, kuatlah pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafaatkan umatku." Jibril as berkata kepada baginda SAW: "Tungganglah Buraq ini wahai Muhammad SAW dan pergilah ke hadapan Tuhanmu!" Jibril as datang bersama Buraq ke arah Nabi Muhammad SAW. Buraq cuba meronta-ronta.

Jibril as berkata kepadanya: "Wahai Buraq! Adakah kamu tidak malu dengan makhluk yang paling baik dicipta oleh Allah Taala? Sudahkah Allah Taala perintahkan kepadamu agar mentaatinya?" Buraq berkata: "Aku tahu semua itu. Akan tetapi, aku ingin dia mensyafaatiku agar memasuki syurga sebelum dia menunggangku.

Sesungguhnya, Allah Taala akan datang pada hari ini di dalam keadaan marah. Keadaan yang belum pernah terjadi sebelum ini." Baginda SAW bersabda kepada Buraq: "Ya! Sekiranya kamu berhajatkan syafaatku, nescaya aku memberi syafaat kepadamu." Setelah berpuas hati, Buraq membenarkan baginda SAW menunggangnya lalu dia melangkah. Setiap langkahan Buraq sejauh pandangan mata.

Apabila Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Maqdis di atas bumi dari perak yang putih, malaikat Israfil as menyeru: "Wahai tubuh-tubuh yang telah hancur, tulang-tulang yang telah reput, rambut-rambut yang bertaburan dan urat-urat yang terputus-putus! Bangkitlah kamu dari perut burung, dari perut binatang buas, dari dasar laut dan dari perut bumi ke perhimpunan Tuhan yang Maha Perkasa. Roh-roh telah diletakkan di dalam tanduk atau sangkakala. Di dalamnya ada beberapa tingkat dengan bilangan roh makhluk.

Setiap roh, akan didudukkan berada di dalam tingkat. Langit di atas bumi akan menurunkan hujan dari lautan kehidupan akan air yang sangat pekat seperti air mani lelaki. Daripadanya, terbinalah tulang-tulang. Urat-urat memanjang. Daging kulit dan bulu akan tumbuh. Sebahagian mereka akan kekal ke atas sebahagian tubuh tanpa roh.

Allah Taala berfirman: "Wahai Israfil! Tiup tanduk atau sangkakala tersebut dan hidupkan mereka dengan izinKu akan penghuni kubur. Sebahagian mereka adalah golongan yang gembira dan suka. Sebahagian dari mereka adalah golongan yang celaka dan derita." Malaikat Israfil as menjerit: "Wahai roh-roh yang telah hancur! Kembalilah kamu kepada tubuh-tubuh mu. Bangkitlah kamu untuk dikumpulkan di hadapan Tuhan semesta alam." Allah Taala berfirman: "Demi keagungan dan ketinggianKu! Aku kembalikan setiap roh pada tubuh-tubuhnya!"

Apabila roh-roh mendengar sumpah Allah Taala, roh-roh pun keluar untuk mencari jasad mereka. Maka, kembalilah roh pada jasadnya. Bumi pula terbongkar dan mengeluarkan jasad-jasad mereka. Apabila semuanya sedia, masing-masing melihat. Nabi SAW duduk di padang pasir Baitul Maqdis, melihat makhluk-makhluk. Mereka berdiri seperti belalang yang berterbangan. 70 umat berdiri. Umat Nabi Muhammad SAW merupakan satu umat (kumpulan). Nabi SAW berhenti memperhatikan ke arah mereka.

Mereka seperti gelombang lautan. Jibril as menyeru: "Wahai sekalian makhluk, datanglah kamu semua ke tempat perhimpunan yang telah disediakan oleh Allah Taala." Umat-umat datang di dalam keadaan satu-satu kumpulan. Setiap kali Nabi Muhammad SAW berjumpa satu umat, baginda SAW akan bertanya: "Di mana umatku?"

Jibril as berkata: "Wahai Muhammad! Umatmu adalah umat yang terakhir." Apabila nabi Isa as datang, Jibril as menyeru: Tempatmu!" Maka nabi Isa as dan Jibril as menangis. Nabi Muhammad SAW berkata: "Mengapa kamu berdua menangis." Jibril as berkata: "Bagaimana keadaan umatmu, Muhammad?"

Nabi Muhammad bertanya: "Di mana umatku?" Jibril as berkata: "Mereka semua telah datang. Mereka berjalan lambat dan perlahan." Apabila mendengar cerita demikian, Nabi Muhammad SAW menangis lalu bertanya: "Wahai Jibril! Bagaimana keadaan umatku yang berbuat dosa?" Jibril as berkata: "Lihatlah mereka wahai Muhammad SAW!" Apabila Nabi Muhammad SAW melihat mereka, mereka gembira dan mengucapkan selawat kepada baginda SAW dengan apa yang telah Allah Taala muliakannya. Mereka gembira kerana dapat bertemu dengan baginda SAW. Baginda SAW juga gembira terhadap mereka.

Nabi Muhammad SAW bertemu umatnya yang berdosa. Mereka menangis serta memikul beban di atas belakang mereka sambil menyeru: "Wahai Muhammad!" Air mata mereka mengalir di pipi. Orang-orang zalim memikul kezaliman mereka.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Wahai umatku." Mereka berkumpul di sisinya. Umat-umatnya menangis. Ketika mereka di dalam keadaan demikian, terdengar dari arah Allah Taala seruan yang menyeru: "Di mana Jibril?"

Jibril as berkata: "Jibril di hadapan Allah, Tuhan semesta alam." Allah Taala berfirman di dalam keadaan Dia amat mengetahui sesuatu yang tersembunyi: "Di mana umat Muhammad SAW?" Jibril as berkata: "Mereka adalah sebaik umat."

Allah Taala berfirman: "Wahai Jibril! Katakanlah kepada kekasihKu Muhammad SAW bahawa umatnya akan datang untuk ditayangkan di hadapanKu." Jibril as kembali di dalam keadaan menangis lalu berkata: "Wahai Muhammad! Umatmu telah datang untuk ditayangkan kepada Allah Taala." Nabi Muhammad SAW berpaling ke arah umatnya lalu berkata: "Sesungguhnya kamu telah dipanggil untuk dihadapkan kepada Allah Taala." Orang-orang yang berdosa menangis kerana terkejut dan takut akan azab Allah Taala. Nabi Muhammad SAW memimpin mereka sebagaimana pengembala memimpin ternakannya menuju di hadapan Allah Taala.

Allah Taala berfirman: "Wahai hambaKu! Dengarkanlah kamu baik-baik kepadaKu tuduhan apa-apa yang telah diperdengarkan bagi kamu dan kamu semua melakukan dosa!" Hamba-hamba Allah Taala terdiam. Allah Taala berfirman: "Hari ini, Kami akan membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan. Hari ini, Aku akan memuliakan sesiapa yang mentaatiKu. Dan, Aku akan mengazab sesiapa yang menderhaka terhadapKu. Wahai Jibril! Pergi ke arah Malik, penjaga neraka! Katakanlah kepadanya, bawakan Jahanam!"

Jibril pergi berjumpa Malik, penjaga neraka lalu berkata: "Wahai Malik! Allah Taala telah memerintahkanmu agar membawa Jahanam." Malik bertanya: "Apakah hari ini?"

Jibril menjawab: "Hari ini adalah hari kiamat. Hari yang telah ditetapkan untuk membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan." Malik berkata: "Wahai Jibril! Adakah Allah Taala telah mengumpulkan makhluk?" Jibril menjawab: "Ya!" Malik bertanya: "Di mana Muhammad dan umatnya?" Jibril berkata: "Di hadapan Allah Taala!" Malik bertanya lagi: "Bagaimana mereka mampu menahan kesabaran terhadap kepanasan nyalaan Jahanam apabila mereka melintasinya sedangkan mereka semua adalah umat yang lemah?" Jibril berkata: "Aku tidak tahu!" Malik menjerit ke arah neraka dengan sekali jeritan yang menggerunkan.

Neraka berdiri di atas tiang-tiangnya. Neraka mempunyai tiang-tiang yang keras, kuat dan panjang. Api dinyalakan sehingga tiada kekal mata seorang dari makhluk melainkan bercucuran air mata mereka (semuanya menangis). Air mata sudah terhenti manakala air mata darah manusia mengambil alih. Kanak-kanak mula beruban rambut. Ibu-ibu yang memikul anaknya mencampakkan mereka.

Manusia kelihatan mabuk padahal mereka sebenarnya tidak mabuk. Rasulullah SAW Membela Umatnya Di padang mahsyar orang yang mula-mula berusaha ialah nabi Ibrahim as.

Baginda bergantung dengan asap Arsy yang naik lalu menyeru: "TuhanKu dan Penguasaku! Aku adalah khalilMu Ibrahim. Kasihanilah kedudukanku pada hari ini! Aku tidak meminta kejayaan Ishak dan anakku pada hari ini."

Allah Taala berfirman: "Wahai Ibrahim! Adakah kamu melihat Kekasih mengazab kekasihnya." Nabi Musa as datang. Baginda bergantung dengan asap Arsy yang naik lalu menyeru: "KalamMu. Aku tidak meminta kepadaMu melainkan diriku. Aku tidak meminta saudaraku Harun. Selamatkanlah aku dari kacau bilau Jahanam!" Isa as datang di dalam keadaan menangis.

Baginda bergantung dengan Arsy lalu menyeru: "Tuhanku. Penguasaku. Penciptaku! Isa roh Allah. Aku tidak meminta melainkan diriku. Selamatkanlah aku dari kacau bilau Jahanam!" Suara jeritan dan tangisan semakin kuat.

Nabi Muhammad SAW menyeru: "Tuhanku. Penguasaku Penghuluku. !Aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dariMu!" Ketika itu juga, neraka Jahanam berseru: "Siapakah yang memberi syafaat kepada umatnya?"

Neraka pula berseru: "Wahai Tuhanku. Penguasaku dan Penghuluku! Selamatkanlah Muhammad dan umatnya dari seksaannya! Selamatkanlah mereka dari kepanasanku, bara apiku, penyeksaanku dan azabku! Sesungguhnya mereka adalah umat yang lemah. Mereka tidak akan sabar dengan penyeksaan." Malaikat Zabaniah menolaknya sehingga terdampar di kiri Arsy. Neraka sujud di hadapan Tuhannya.

Allah Taala berfirman: "Di mana matahari?" Maka, matahari dibawa mengadap Allah Taala. Ia berhenti di hadapan Allah Taala. Allah Taala berfirman kepadanya: "Kamu! Kamu telah memerintahkan hambaKu untuk sujud kepada kamu?" Matahari menjawab. "Tuhanku! Maha Suci diriMu! Bagaimana aku harus memerintahkan mereka berbuat demikian sedangkan aku adalah hamba yang halus?"

Allah Taala berfirman: "Aku percaya!" Allah Taala telah menambahkan cahaya dan kepanasannya sebanyak 70 kali ganda. Ia telah dihampirkan dengan kepala makhluk." I

bnu Abbas r.h. berkata: "Peluh manusia bertiti dan sehingga mereka berenang di dalamnya. Otak-otak kepala mereka menggeleggak seperti periuk yang sedang panas. Perut mereka menjadi seperti jalan yang sempit. Air mata mengalir seperti air mengalir. Suara ratap umat-umat manusia semakin kuat. Nabi Muhammad SAW lebih-lebih lagi sedih. Air matanya telah hilang dan kering dari pipinya. Sekali, baginda SAW sujud di hadapan Arsy dan sekali lagi, baginda SAW rukuk untuk memberi syafaat bagi umatnya. Para Nabi melihat keluh kesah dan tangisannya.

Mereka berkata: "Maha Suci Allah! Hamba yang paling dimuliakan Allah Taala ini begitu mengambil berat, hal keadaan umatnya.

Daripada Thabit Al-Bani, daripada Usman Am Nahari berkata: "Pada suatu hari Nabi SAW menemui Fatimah Az-Zahara' r.h. Baginda SAW dapati, dia sedang menangis."

Baginda SAW bersabda: "Permata hatiku! Apa yang menyebabkan dirimu menangis?" Fatimah menjawab: "Aku teringat akan firman Allah Taala." "Dan, kami akan mehimpunkan, maka Kami tidak akan mengkhianati walau seorang daripada mereka." L

alu Nabi SAW pun menangis. Baginda SAW bersabda: "Wahai permata hatiku! Sesungguhnya, aku teringat akan hari yang terlalu dahsyat. Umatku telah dikumpulkan pada hari kiamat dikelilingi dengan perasaan dahaga dan telanjang. Mereka memikul dosa mereka di atas belakang mereka. Air mata mereka mengalir di pipi." Fatimah r.h. berkata: "Wahai bapaku! Apakah wanita tidak merasa malu terhadap lelaki?"

Baginda SAW menjawab: "Wahai Fatimah! Sesungguhnya, hari itu, setiap orang akan sibuk dengan untung nasib dirinya. Adapun aku telah mendengar Firman Allah Taala:" Bagi setiap orang dari mereka, di hari itu atau satu utusan yang melalaikan dia." ( Abasa: 37) Fatimah ra. bertanya: "Di mana aku hendak mendapatkanmu di hari kiamat nanti, wahai bapaku?" Baginda SAW menjawab: "Kamu akan menjumpaiku di sebuah telaga ketika aku sedang memberi minum umatku." Fatimah r.h. bertanya lagi: "Sekiranya aku dapati kamu tiada di telaga?"

Baginda SAW bersabda: "Kamu akan menjumpaiku di atas Sirat sambil dikelilingi para Nabi. Aku akan menyeru: "Tuhan Kesejahteraan! Tuhan Kesejahteraan! Para malaikat akan menyambut: "Aamiin."

Ketika itu juga, terdengar seruan dari arah Allah Taala lalu berfirman: "Nescaya akan mengikuti kata-katanya pada apa yang kamu sembah." Setiap umat akan berkumpul dengan sesuatu yang mereka sembah. Ketika itu juga, neraka Jahanam melebarkan tengkuknya lalu menangkap mereka sebagaimana burung mematuk kacang.

Apabila seruan dari tengah Arsy kedengaran, maka manusia yang menyembahNya datang beriring. Sebahagian daripada orang yang berdiri di situ berkata: "Kami adalah umat Muhammad SAW!"

Allah Taala berfirman kepada mereka: "Mengapa kamu tidak mengikuti orang yang kamu sembah?" Mereka berkata: "Kami tidak menyembah melainkan Tuhan Kami. Dan, kami tidak menyembah selainNya."

Mereka ditanya lagi: "Kami mengenali Tuhan kamu?" Mereka menjawab: "Maha Suci diriNya! Tiada yang kami kenali selainNya." Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalamnya untuk diazab, umat Muhammad SAW mendengar bunyi pukulan dan jeritan penghuni neraka. Lalu malaikat Zabaniah mencela mereka. Mereka berkata: "Marilah kita pergi meminta syafaat kepada Muhammad SAW!"

Manusia berpecah kepada tiga kumpulan. 1. Kumpulan orang tua yang menjerit-jerit. 2. Kumpulan pemuda. 3. Wanita yang bersendirian mengelilingi mimbar-mimbar. Mimbar para Nabi didirikan di atas kawasan lapang ketika kiamat.

Mereka semua berminat terhadap mimbar Nabi Muhammad SAW. Mimbar Nabi Muhammad SAW terletak berhampiran dengan tempat berlaku kiamat. Ia juga merupakan mimbar yang paling baik, besar dan cantik. Nabi adam as dan isterinya Hawa berada di bawah mimbar Nabi SAW.

Hawa melihat ke arah mereka lalu berkata: "Wahai Adam! Ramai dari zuriatmu dari umat Muhammad SAW serta cantik wajah mereka. Mereka menyeru: "Di mana Muhammad?" Mereka berkata: "Kami adalah umat Muhammad SAW. Semua umat telah mengiringi apa yang mereka sembah. Hanya tinggal kami sahaja.

Matahari di atas kepala kami. Ia telah membakar kami. Neraka pula, cahaya juga telah membakar kami. Timbangan semakin berat. Oleh itu tolonglah kami agar memohon kepada Allah Taala untuk menghisab kami dengan segera! Sama ada kami akan pergi ke syurga atau neraka." Nabi Adam as berkata: "Pergilah kamu dariku! Sesungguhnya aku sibuk dengan dosa-dosaku. Aku mendengar firman Allah Taala: Dan dosa Adam terhadap Tuhannya kerana lalai. Mereka pergi berjumpa nabi Nuh as yang telah berumur, umur yang panjang dan sangat sabar. Mereka menghampirinya. Apabila nabi Nuh as melihat mereka, dia berdiri.

Pengikut (umat Nabi Muhammad SAW) berkata: "Wahai datuk kami, Nuh! Tolonglah kami terhadap Tuhan kami agar Dia dapat memisahkan di antara kami dan mengutuskan kami dari ahli syurga ke syurga dan ahli neraka ke neraka." Nabi Nuh as berkata: "Sesungguhnya, aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah mendoakan agar kaumku dimusnahkan. Aku malu dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Ibrahim kekasih Allah Taala! Mintalah kepadanya agar menolong kamu!"

Nabi Ibrahim as berkata: "Sesungguhnya aku pernah berbohong di dalam usiaku sebanyak tiga pembohongan di dalam Islam. Aku takut dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Musa as! Mintalah pertolongan darinya!"

Nabi Musa as berkata: "Aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah membunuh seorang jiwa tanpa hak. Aku membunuhnya bukan dari kemahuanku sendiri. Aku dapati dia melampaui batas terhadap seorang lelaki Islam. Aku ingin memukulnya. Aku terperanjat kerana menyakitinya lalu menumbuk lelaki tersebut. Ia jatuh lalu mati. Aku takut terhadap tuntutan dosaku. Pergilah kamu berjumpa Isa as!"

Mereka pergi berjumpa nabi Isa a.s. Nabi Isa a.s. berkata: "Sesungguhnya Allah Taala telah melaknat orang-orang Kristian.

Mereka telah mengambil aku, ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah Taala. Hari ini, aku malu untuk bertanya kepadaNya mengenai ibuku Mariam." Mariam, Asiah, Khadijah dan Fatimah Az-Zahra' sedang duduk.

Ketika Mariam melihat umat Nabi Muhammad SAW dia berkata: "Ini umat Nabi Muhammad SAW. Mereka telah sesat dari Nabi mereka." Suara Mariam, telah didengari oleh Nabi Muhammad SAW Nabi Adam a.s. berkata kepada nabi Muhammad SAW. "Ini umatmu, wahai Muhammad! Mereka berkeliling mencarimu untuk meminta syafaat kepada Allah Taala."

Nabi Muhammad SAW menjerit dari atas mimbar lalu bersabda: "Marilah kepadaku, wahai umatku! Wahai sesiapa yang beriman dan tidak melihatku. Aku tidak pernah lari dari kamu melainkan aku sentiasa memohon kepada Allah Taala untukmu!" Umat Nabi Muhammad SAW berkumpul di sisinya. T

erdengar suara seruan: "Wahai Adam! Ke marilah kepada Tuhanmu!" Nabi Adam as berkata: "Wahai Muhammad! Tuhanku telah memanggilku. Moga-moga Dia akan meminta kepadaku."

Nabi Adam as pergi menemui Allah Taala. Allah Taala berfirman kepadanya: "Wahai Adam! Bangunlah dan hantarkan anak-anakmu ke neraka!" Nabi Adam as bertanya: "Berapa ramai untukku kirimkan?" Allah Taala berfirman: "Setiap seribu lelaki kamu hantarkan seorang ke syurga, 999 orang ke neraka."

Allah Taala berfirman lagi: "Wahai Adam! Sekiranya Aku tidak melaknat orang yang berdusta dan Aku haramkan pembohongan, nescaya Aku akan mengasihi anakmu keseluruhannya. Akan, tetapi, Aku telah janjikan syurga bagi orang yang mentaatiKu Neraka pula bagi orang yang menderhakaiKu Aku tidak akan memungkiri janji Wahai Adam! Berhentilah di sisi Mizan (timbangan).

Sesiapa yang mempunyai berat pada kebaikannya daripada dosanya walaupun seberat biji sawi, bawalah dia untuk memasuki syurga tanpa perlu berunding denganKu! Sesungguhnya Aku telah menjadikan bagi mereka, satu kejahatan dengan satu dosa.

Manakala satu kebaikan dengan sepuluh pahala agar memberitahu mereka bahawa, sesungguhnya Aku tidak akan memasukkan mereka ke dalam neraka melainkan setiap yang kembali akan dikembalikan dengan dosa bagi orang yang melampaui batas."

Nabi Adam as berkata: "Tuhanku! Penguasaku! Engkau lebih utama bagi menghisab berbanding aku. Hamba itu adalah hambaMu dan Engkau Maha Mengetahui sesuatu yang ghaib!"

Umat Muhammad SAW Diseru Meniti Sirat Allah Taala menyeru: "Wahai Muhammad! Bawalah umatmu untuk dihisab dan lintaskan mereka di atas Sirat yang dilebarkan. Panjangnya sejauh 500 tahun perjalanan." Malaikat Malik berdiri di pintunya (neraka). Dia menyeru: "Wahai Muhammad!

Sesiapa yang datang dari umatmu dan bersamanya ada perlepasan dari Allah Taala, maka dia akan terselamat. Sekiranya sebaliknya maka, dia akan terjatuh di dalam neraka. Wahai Muhammad! Katakan kepada orang yang diringankan agar berlari! Katakan kepada orang yang diberatkan agar berjalan!"

Nabi Muhammad SAW bersabda kepada malaikat Malik: "Wahai Malik! Dengan kebenaran Allah Taala ke atasmu, palingkanlah wajahmu dari umatku sehingga mereka dapat melepasi! Jika tidak, hati mereka akan gementar apabila melihatmu." Malaikat Malik memalingkan mukanya dari umat Nabi Muhammad SAW. Umat Nabi Muhammad SAW telah di pecahkan kepada sepuluh kumpulan. Nabi Muhammad SAW mendahului mereka lalu bersabda kepada umatnya: "Ikutlah aku wahai umatku di atas Sirat ini!"

Kumpulan pertama berjaya melintasi seperti kilat yang memancar.

Kumpulan kedua melintasi seperti angin yang kencang.

Kumpulan ketiga melintasi seperti kuda yang baik.

Kumpulan yang keempat seperti burung yang pantas.

Kumpulan yang kelima berlari.

Kumpulan keenam berjalan.

Kumpulan ketujuh berdiri dan duduk kerana mereka dahaga dan penat. Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka. Nabi Muhammad SAW berhenti di atas Sirat. Setiap kali, baginda SAW melihat seorang dari umatnya bergayut di atas Sirat, baginda SAW akan menarik tangannya dan membangunkan dia kembali.

Kumpulan kelapan menarik muka-muka mereka dengan rantai kerana terlalu banyak kesalahan dan dosa mereka. Bagi yang buruk, mereka akan menyeru: "Wahai Muhammad SAW!" Nabi Muhammad SAW berkata: "Tuhan! Selamatkan mereka! Tuhan! Selamatkan mereka"! Kumpulan ke sembilan dan ke sepuluh tertinggal di atas Sirat.

Mereka tidak diizinkan untuk menyeberang. Dikatakan bahawa, di pintu syurga, ada pokok yang mempunyai banyak dahan. Bilangan dahannya tidak terkira melainkan Allah Taala sahaja yang mengetahui. Di atasnya ada kanak-kanak yang telah mati semasa di dunia ketika umur mereka dua bulan, kurang dan lebih sebelum mereka baligh. Apabila mereka melihat ibu dan bapa mereka, mereka menyambutnya dan mengiringi mereka memasuki syurga. Mereka memberikan gelas-gelas dan cerek serta tuala dari sutera.

Mereka memberi ibu dan bapa mereka minum kerana kehausan kiamat. Mereka memasuki syurga bersama-sama. Hanya tinggal, kanak-kanak yang belum melihat ibu dan bapa mereka.

Suara tangisan mereka semakin nyaring. Mereka berkata: "Aku mengharamkan syurga bagi diriku sehingga aku melihat bapa dan ibuku." Kanak-kanak yang belum melihat ibu dan bapa mereka telah berkumpul. Mereka berkata: "Kami masih di dalam keadaan yatim di sini dan di dunia." Malaikat berkata kepada mereka: "Bapa-bapa dan ibu-ibu kamu terlalu berat dosa mereka. Mereka tidak diterima oleh syurga akibat dosa mereka."

Mereka terus menangis malah lebih kuat dari sebelumnya lalu berkata: "Kami akan duduk di pintu syurga moga-moga Allah Taala mengampuninya dan menyatukan kami dengan mereka." Demikianlah! Orang yang melakukan dosa besar akan dikurung di tempat pembalasan yang pertama oleh mereka iaitu Sirat. Ia dipanggil "Tempat Teropong." Kaki-kaki mereka akan tergantung di Sirat.

Nabi Muhammad SAW melintasi Sirat bersama orang-orang yang soleh di kalangan yang terdahulu dan orang yang taat selepasnya. Di hadapannya, ada bendera-bendera yang berkibaran. Bendera Kepujian berada di atas kepalanya. Apabila bendera baginda menghampiri pintu syurga, kanak-kanak akan meninggikan tangisan mereka.

Rasulullah SAW bersabda: "Apa yang berlaku pada kanak-kanak ini?" Malaikat menjawab: "Mereka menangis kerana berpisah dengan bapa dan ibu mereka. "Nabi SAW bersabda: "Aku akan menyelidiki khabar mereka dan aku akan memberi syafaat kepada mereka, Insya Allah."

Nabi Muhammad SAW memasuki syurga bersama umatnya yang berada di belakang. Setiap kaum akan kekal didalam rumah-rumah mereka. Kita memohon kepada Allah Taala agar memasukkan kita di dalam keutamaan ini dan menjadikan kita sebahagian daripada mereka.

http://ustazazhar.com/v1/sirah/kisah-di-padang-mahsyar.html

Lima Racun dan Lima Penawarnya

"Dunia adalah racun pembunuh, sedangkan zuhud adalah penawarnya. Harta adalah racun pembunuh, zakat adalah penawarnya. Berbicara adalah racun pembunuh, dzikrullah adalah penawarnya. Umur adalah racun pembunuh, taat kepada Allah adalah penawarnya. Seluruh tahun adalah racun pembunuh, Ramadhan adalah penawarnya."

Wednesday, May 26, 2010

Fadhilah Istighfar

Fadhilah Istighfar

By: agussyafii

Pernah suatu ketika Imam Hasan al-Basri didatangi oleh tamu. Tamu pertama, menyampaikan perihal kekeringan, Tamu kedua, perihal hutang, tamu ketiga, perihal keturunan. Imam Hasan al-Basri menjawab semua keluhan ketiga tamunya dengan membacakan satu ayat di dalam al-Quran.

'Mohon ampunlah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebatnya, melimpahkan harta dan anaka-anak bagimu, serta mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu. (QS. an-Nuh: 10-12).

Paling tidak ada empat fadhilah Istighfar yang terkandung di dalam tiga ayat di dalam surat Nuh. Mari kita kita perhatikan fadhilah istighfar berikut dibawah ini.

Pertama, orang yang memiliki kebiasaan beristighfar tidak akan mengalami kekeringan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan selalu melimpahkan air hujan tanpa harus menjadi banjir atau mencana bagi orang tersebut.

Kedua, orang yang memiliki kebiasaan istighfar, Allah akan senantiasa mengucurkan rizki dan menghindarkan diri kita dari lilitan hutang sehingga harta yang kita miliki menjadi membawa berkah bagi diri kita dan keluarga kita maupun untuk orang-orang sekeliling kita.

Ketiga, orang yang memiliki kebiasaan istighfar, Allah akan memberikan momongan atau anak-anak yang sholeh dan berbakti kepada kedua orang tuanya sehingga di dalam keluarga memiliki ketenteraman dan kebahagiaan selalu.

Keempat, orang yang memiliki kebiasaan istighfar, Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan memberikan kita tempat usaha yang diberkahi dengan digambarkan dengan memberikan kebun dan sungai-sungai dengan pemandangan yang indah.

Dari keempat fadhilah istighfar diatas bahwa beristighfar adalah kemampuan kita untuk melakukan instropeksi diri atau yang disebut dengan 'Muhasabah' maka kita mengetahui penyebab akar masalah sekaligus kita menemukan solusi dari masalah itu sendiri. Itulah makna fadhillah istighfar.

Wassalam,
agussyafii
----
Yuk, hadir di Kegiatan 'Amalia Cinta al-Quran (ACQ).' Hari Ahad, Tanggal 20 Juni 2010 Di Rumah Amalia, Jl. Subagyo IV blok ii, No.23 Komplek Peruri, Ciledug. Silahkan kirimkan dukungan dan partisipasi anda di http://www.facebook.com/agussyafii3, atau http://agussyafii.blogspot.com/, http://www.twitter.com/agussyafii atau sms di 087 8777 12 431.