Sunday, May 23, 2010

Merasakan Kehadiran Allah

Dari semua esensi ajaran ilmu tauhid, merasakan kehadiran Allah yang menyaksikan tingkah laku kita setiap saat adalah hal yang paling berat. Betapa tidak, jika kita selalu merasakan kehadiran Allah dan merasakan Allah melihat diri kita, tentu kita tidak akan berbuat kemungkaran dan bersegera melakukan amal saleh.


Sebagai tiang agama, shalat hendaknya juga dilakukan dengan penuh kesadaran sepenuh hati bahwa kita sedang menghadap Allah, Allah Yang Maha Besar dan menguasai seluruh ruh dan kehidupan kita. Jika dalam kehidupan dunia, kita bisa begitu hormat menghadap atasan, lalu mengapa kita begitu lalai saat sehari lima kali menghadap Allah saat shalat lima waktu? Padahal atasan belum tentu selalu bersikap penuh kasih sayang, sedangkan Allah adalah Ar Rahmaan dan Ar Rahim, Allah selalu menyayangi kita, memberi kita oksigen untuk bernafas, memberi minum dan makanan, memberi sedikit ilmu, kesehatan, dan banyak nikmat lagi yang tak akan mungkin bisa dihitung satu per satu. Dan semua itu diberikan oleh Allah tanpa pilih kasih. Semua manusia, entah taat atau tidak, entah bertakwa atau tidak, semua kebagian. Lalu mengapa kita begitu sering melupakan Allah?


Setiap hari adzan dikumandangkan lima kali, sebagai seruan kepada alam semesta dan manusia untuk bersegera shalat sebagai bentuk beribadah kepada Allah. Bagaimana sikap kita terhadap adzan? Apakah kita bersegera meninggalkan urusan dunia untuk shalat, atau kita dengan sengaja meng-akhirkan waktu shalat? Dari 24 ja sehari, yang Allah minta hanya tak sampai total 1 jam untuk shalat 5 waktu. Sudahkah kita konsisten melaksanakannya. Jika dari 24 jam sehari, shalat kita belum dilaksanakan dgn baik, lalu bagaimana dgn 23 jam sisanya, apakah kita telah dengan sengaja berusaha dzikrullah atau semua waktu hanya habis untuk dunia? Astaghfirullahal adzim. Semoga kita tidak termasuk orang yang lalai, dan semoga kita diberi hidayah senantiasa untuk mengingat Allah.


Waktu dunia sungguh amat singkat. Terasa baru hari kemarin di mana kita masih t.k atau s.d dan masih dalam pelukan kasih sayang orang tua kita. Terasa baru hari kemarin saat-saat di mana kita diajari shalat dan baca quran pertama kali oleh orang tua kita. Belasan, puluhan tahun berlalu sudah. Manakah bekal kita? Yakinkah shalat, puasa, zakat, haji, qurban kita diterima sebagai catatan amal, atau itu semua hanya sebagai riya semata. Naudzubillahimindzalik.


Jika kita belum bisa mengingat dan merasakan kehadiran Allah setiap saat, usahakanlah setiap waktu shalat tiba, kita menyegerakannya. Bukankah dalam adzan kita diseru untuk meraih kemenangan, hayya alal falah? Mengapa kita tidak mau meraih kemenangan? Sedangkan kemenangan di akhirat adalah surga, di mana dalam hadits telah dijelaskan bahwa bagi muslim yang terakhir masuk surga sekalipun, telah disediakan kenikmatan berupa seluruh kenikmatan yang ada di dunia ini, ditambah sepuluh kali lipatnya.


Semoga kita dapat meraih surga Allah tersebut. Amiin.

No comments: