Saturday, June 5, 2010

Tentang Puasa dan Membaca Alquran

Ada sedikit kisah dari ceramah waktu tarawih di masjid Benhil kemarin. Ceritanya pas habis buka puasa bareng temen-temen (pas hari gempa itu), aku tarawih di masjid Benhil. Masjidnya udah lama (bangunan tua), tapi masih terawat, dan subhanallah, imam sholat nya bacaannya fasih sekali, sepertinya beliau adalah seorang hafidz.

Setelah selesai tarawih 8 rakaat sebelum witir, naiklah khotib untuk memberikan tausiyah. Kisah yang diangkat adalah sebagai berikut :

Pernah pada suatu hari di bulan Ramadhan, Rasulullah Muhammad SAW berjalan di suatu sore. Lalu beliau menyaksikan pemandangan seorang perempuan ibu rumah tangga yang marah-marah kepada pembantunya. Marahnya cukup besar dan sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Lalu Rasulullah berkata kepada salah seorang tetangga wanita tersebut, untuk meminta makanan. Diberikanlah makanan tersebut ke Rasul. Lalu Rasulullah membawanya ke wanita tersebut dan berkata, "Wahai ibu, ini saya membawa makanan, silakan dimakan". Ibu ini terkejut dan berkata, "Ya Rasul, terima kasih tapi aku sedang berpuasa" . Rasul menjawab, "Bagaimana bisa Anda berpuasa, sedangkan Ibu baru saja berkata-kata demikian kepada pembantu ibu?" Kisah yang menarik ya? Moral atau amanat dari kisah ini adalah..puasa ternyata memang tidak bisa hanya menahan lapar dan haus. Ujian sebenarnya adalah menahan emosi, menahan pandangan, menahan amarah, mencegah diri untuk tidak bergunjing, jadi titik beratnya lebih ke puasa secara hati. Apakah sampai hari ini kita sudah berpuasa dengan benar? Di sisa Ramadhan, ini marilah kita berusaha lagi memperbaiki puasa kita, agar tujuan puasa untuk menjadi orang bertakwa benar-benar tercapai. Amin.

Kisah kedua, waktu saya tarawih di masjid sederhana dekat kos. Di masjid ini, khotibnya adalah seorang guru SD Cilandak daerah tempat tinggal saya. Sang kepala sekolah berkisah, beberapa hari sebelumnya (juga saat hari terjadi gempa), ada seorang kepala sekolah dari Aceh yang melakukan studi banding ke SD-nya. Di SD ini, warga Aceh ini bercerita bahwa pada tahun 2007, telah ditemukan jenazah korban peristiwa tsunami di Aceh. Sedangkan tsunami itu terjadi pada tahun 2004. Jenazah ini terpendam lumpur yang menjadi tanah, dan baru ditemukan 3 tahun kemudian. Yang menjadi luar biasa adalah, baik pakaian, jasad, kulit, maupun seluruh tubuh jenasah ini utuh tidak rusak sedikitpun. Setelah dibuka kartu identitasnya, yaitu KTP yang masih utuh, dan ditelusuri, ternyata jenazah pria ini dulunya adalah seorang mahasiswa IAIN di Aceh, yang adalah seorang hafidz (penghafal Al Quran). Almarhum hafal Al Quran 30 juz. Subhanallah, amalan hafalan Al Quran telah menjaga dirinya dari siksa kubur.. Pelajaran yang disampaikan khotib adalah, marilah kita mencintai Al Quran. Sudahkah kita membuka dan membaca Al Quran walau hanya satu halaman atau beberapa ayat setiap hari? Apabila kita membaca dan mengamalkannya, Insya Allah hidup kita akan selalu tenang dan ada dalam jalan lurus sesuai agama. Sudah selayaknya kita lebih mencintai Al Quran, pedoman utama hidup kita yang turun langsung dari Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Kira-kira demikian sharing dari kisah kisah yang saya dengar dari tausiyah tarawih. Semoga bermanfaat. Yang benar dari Allah SWT, sedangkan yang salah hanya saya manusia yang penuh kelalaian. Wallahu'alam bish shawab.

No comments: